Walimah, dan sejumput Hikmah
Sudah lama tidak menulis.
Sore tadi, saat menscan sertifikat tiba-tiba saya ingin sekali mendengarkan
lagu sunda. Lho?apa maksud?saya juga tidak mengerti. Akhirnya lagu berubah
mendengarkan maher zein yang terbaru.alhasil teringat kembali dengan kejadian
beberapa pekan lalu.tepatnya saat menghadiri pernikahan sahabat saya.
Sehari sebelumnya saya
bersama teman se es de. Sampe sma ngumpul dirumah yanti. Mereka bertiga yang telah merampungkan
kuliahnya (yanti, dian dan tira).
Tira yang tengah hamil
sembilan bulan selalu menjadi bahan tertawaan karena sangat lucu. Lucu saat
kesusahan membuka kos kaki karena hamilnya terasa sangat berat. Atau kami rela
tidak memberikan sambel pada baso kegemaran kami karena hawatir ia tiba-tiba
menginginkannya. Atau kami harus sembunyi-sembunyi memakan rujak yang
superpedas. Kebetulan saya dan teman-teman cukup menyukai hal yang berbau
pedas. Meski kami berbeda level. Hebatnya, mereka memutuskan untuk mengabdi
didaerah kami. Membuat bisnis kue coklat. Alhasil. Teman saya yang menikah
memesan soufenir berupa kue coklat kecil untuk souvenirnya. Akhirnya saya yang
gelap gulita tentang bisnis dan Cuma hobi makan coklat dapat sedikit memahami
bagaimana senangnya berbisnis dan cara pembuatan kue coklat.
Sebelum kerumah yanti saya
dan adik saya fanny. Membeli kado dan menyelesaikan tugas dirumah. Karena ummi
sedang terapi dijakarta. Karena teman se esde memutuskan berangkat pada hari H
maka saya yang sedikit dipaksa sehari sebelumnya akhirnya berangkat bersama teman
dari upi serang yang tak sengaja bertemu saat supercamp tutorial. Hingga ummi
yang sering menganggapnya anak ummi saat ummi kuliah. Dia bernama Hana.sahabat
lilis juga. Sahabat yang akan menikah saat itu. Akhirnya saya memutuskan untuk
berangkat ba’da dzuhur. Padahal teman mengajak jam sembilan arena perjalanan
memakan waktu empat jam dan mobil terbatas. Akhirnya setelah mendapat saran
dari bapak saya berangkat siang. Niat ingin pamit pada ummi.eh malah pas mau
berangkat ummi dan bapak tengah tidur siang. Karena tak tega membangunkannya
saya lengsung berangkat karena teman saya yang dari UPI serang tengah menunggu
dengan mobil yang langsung dari sana.
Intinya. Kami
terlunta-lunta dengan wajah polos karena tidak pernah pergi pada daerah yang
cukup jauh itu.parah.haha
Dipindahkan mobil dengan
waktu yang semakin sore. Ahirnya mendapatkan mobil dan kami penumpang terahir.
Qodarullah. Sebangku dengan seorang anak perempuan baik.
“de mau kemana?aku
berusaha memecah suasana.
“Ke rumah pulang. Kaka mau
kemana?” Ujarnya dengan mengulas senyum.
“Kerumah teman yang besok
mau menikah.”ucapku.
“Daerah mana?siapa ka?”
"Lilis. Sumur.”
“Wah itu mah tetangga
saya.saya disuruh pulang karena disuruh menemani teh lilis.”
Wah subhanallah. Saya dan
hana bertasbih bersamaan.
“Teteh gatau daerahnya. “
“Rumah teh lilis itu
disamping rumah ifa.”ujarnya.
“Ifa darimana?”
“Dari pondok.”
“Dimana?kelas berapa?”
“Ngabdi teh.lulus tahun
kemarin. Dari almizan.”
“Oooh.” Kami tersenyum
karena ada yang mengetahui jalan. Entah berapa kali saya bertanya pada ifa.
Sebentar lagi kan?ifa hanya mengangguk sambil tersenyum. Padahal masih jauh
Pandangan tak lepas dari
indahnya pantai dan rindagnya piohon
Hingga ahirnya sampai
pukul tujuh malam. Langsung disambut mamah ifa dan shalat segera disana. Usai
isya. Menuju rumah lilis. Menemaninya memakai henna semacam cat kuku. Dan tau
tidak pemirsah?akhirnya saya juga dipakaikan. Padahal dari dulu saya alerhi
sama yang begituan. Tiba-tiba saya teringat hena yang saya dapat dari saudara
saya selepas umroh masih diteman karena tidak pernah saya pakai. Akhirnya
sampai hari ini saya memakainya.heu
Terjadilah kesepakan itu,
Nanti besok temani ya
kalau lis didandanin. Kalau terlalu medok kalian protes aja. Terus. Selalu
kondisikan musik. Lis uda menyiapkan CD dan FD u musik besok.Saya dan hana
hanya mengangguk.
Liiis. Tukang rias
manggil. Terlihat obrolan yang sering. Tak berapa lama kemudian lilis
menghampiri kami kembali yang tengah membereskan suvenir untuk besok.
“kata ibunya harus dicukur
alisnya lis harus bilang gimana? Wajahnya gusar.
“Bilang aja gaboleh ama
suami.”Saya dengan cuek kembali fokus pada souvenir.hana mengamini
“Tapi kan aku ga nanya.
Dan calon suami saya ga bilang gitu.”
“Pasti bilang gitu kalau
ditanya mah.”
Esmes aja. Nih.aku
menyodorkan hape.
Hari yang bersejarah itu
ditingkahi dengan rusaknya hape lilis dan bergantian dengan mamahnya yang
tengah sibuk memakai hpnya. Lilis esmes tidak langsung pada suaminya namun
melalui perantara. Dan tentunya dia akan sangat malu jika bertanya hal yang tadi.
Entah apa yang dia bicarakan pada perias itu hingga ahirnya tidak dilakukan
eksekusi yang paling kami takutkan itu akhirnya tidak terjadi.
Ahirnya hp saya dipakai
untuk meng esmes perantaranya untuk mengetahui keberadaan calon suaminya yang
katanya nyasar. Padahal sudah jam sembilan. Masih dijakarta.dziig
Malam udah menunjukkan
pukul sepuluh akhirnya kami diantarkan ke villa saudaranya lilis. Karena
hawatir merepotkan keluarganya ifa.cukup jauh,sekitar duaratus meter dari rumah
lilis.
Kami tak dapat tertidur.
Panash, padahal ada kipas angin. Nyamuk dan lelah yang mengganggu. Juga belum
dapat menguasai medan alias belum dapat beradaptasi dengan baik. alayy.
Setiap lima belas menit
sekali melihat hp jam. Ditambah kamar sebelah yang sepertinya di amanahi untuk
menerima pengantin pria yang akan menginap di villa itu juga. hp yang berbering
sepuluh menit sekali itu sangat mengganggu. Ahirnya sekitar pukul tiga.
Terdengar ramai dan mobil yang menderu. oh keluarga laki-laki sudah datang.
Ahirnya kami memutuskan untuk shalat dan tilawah hingga subuh. Dapat tertidur
pulas meskipun hanya sebentar seusai subuh. Dengan segera kami bergegas menuju
rumah lilis.
Disana sesuai dengan
kesepakan semalam. Hana menemani lilis dan dan dan saya menemani tukang sound
untuk mengkondusifkan lagu.
Ahirnya karena riweh kami
yang kekeuh tidak mau didandani harus mendandani bocah-bocah kecil yang dengan
kekeuh ingin dan-dan.
Intinya adalah. Saya
mendapatkan pelajaran berharga darisemua ini.
Pertama, sahabat, saudara,
sekaligus saingan akademik saya sedari dulu itu. Kini telah mendapatkan satu
tiket masuk syurga, menyempurnakan dien dengan seorang penghafal alqur’an.
padahal sebelumnya diuji dengan sakit yang luar biasa. Tapi Allah mengaruniakan
qodar terbaik untuk kesabarannya
Kedua, ijab qabul memakai bahasa
arab. Ah audah biasa. Tapi kali ini berbeda. Dua-duanya sama-sama bisa bahasa
arab. Dua-duanya menggeluti dunia alqur’an. lilis pernah menjadi ketum baqi (bimbingan
qur’an intensif) di kampusnya. Mengikuti lomba fahmil qur’an saat smp dan sma. Dua-duanya
senang dengan dunia pesantren. Qodarullah diberikan suami yang memiliki
pesantren sekaligus keluarga yang sangat kental dengan agamisnya. Terlebih yang
paling penting adalah Kefahaman harakahnya.
Ketiga, saya belajar qona’ah yang dia lakukan bersama
keluarganya. Kata sahabat sekaligus perantara lilis dan ust fahrul mengatakan
pada kami, saya dan kawan-kawan bahwa.
“istimewanya lilis itu
adalah saat calon suaminya berkata lirih pada saya saat letihnya perjalanan
kemarin.
“lilis dan keluarganya
ditanya mau apa maharnya nanti?
Alat shalat saja, yang
lainnya bagaimana mempelai pria saja
Ketika ditransfer untuk
keperluan walimah. Lilis ataupun keluarganya tidak pernah bertanya berapa yang
dikirim?kapan mau mengirimkan?bahkan mungkin tidak sampai sepuluhjuta saya dan
keluarga mengirimkan. Itu karena saya kira akan bertahap memberikannya.
Ternyata keluarganya tidak bertanya dan tidak meminta lagi.
Sungguh istri shalihah.
Itulah yang menguatkan azzam saya untuk tetap mendapatkan bidadari yang qonaah. Nantinya ia akan sabar dan menerima
dengan qonaah apa yang suaminya berikan. Ujar calon suamiya.
Deg..!!.saya yang polos
masalah itu merasa tertusuk. Saya sering mendengar orangtua bangga dengan
pemberian mahar atau uang walimah yang begitu besar yang diberikan pada calon
istri.
“wanita yang paling baik
adalah yang tidak memberatkan calon suami dengan maharnya.”..
Its about sakinah mawaddah
warrahmah ya, kiki shalihah.
Barokallah.:D
Read Users' Comments (0)