KELEKATAN
VS KETAKUTAN
Sudah lama ya menunggu
tulisan saya?hha.pde tingkat tinggi.
karna blum sempat upload. jadi...inilah hadiah bagi orang yang sabar.selamat
membaca..^^
Judulnya serem ya?hha
Bagi sebagian anak, butuh waktu yang
cukup lama untuk dapat bermain atau akrab dengan orang yang baru ia lihat atau
kenal. Bahkan seringkali mereka menangis atau marah ketika tiba-tiba ada yang
mencubit gemas pipi atau ingin memegang tangan, atau bahkan ingin menggendong.
Anda yang menyukai anak kecil tentu pernah merasakannya bukan?ngakuu..!haha.
okeh, kita mulai ...
seperti biasa.nabda bisl basmallah.
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Sabtu kemarin tepatnya malam ahad. Saya
menginap di rumah saudara yang berada di daerah tegal lega. Namun mesjid untuk
tarawih ternyata mereka di istiqomah. Saya kurang tau sebelah mana. Karna
malam, ngantuk dan tak fokus. Akhirnya dari pada diam dirumah lebih baik ikut
ke masjid. Saya menunggu di selasar depan masjid. Persis seperti mesjid salman
Itb. Hanya saja saya masih hafal pembatas shalat laki-laki dan perempuan
sedikit berbeda. Karena sedang tidak
shalat saya ke belakang. Beberapa akhwat juga shalat dan karpet mesjid juga
terdapat dua shaft diantaranya. Saya menyenderkan punggunng pada dinding.
perasaan tak karuan, dingin, ngantuk. Karna saya terbiasa tidur awal. Terlebih
memang hari itu cukup lelah. Saya buka hadist arbain dan mulai membacanya. Sebentar kemudian
saya edarkan pandangan. Adzan isya mulai berkumandang dan langsung shalat.
Tidak ada jeda untuk shalat qobla isya. Saya teruskan membaca yang sempat
terhenti karna adzan. Hingga tiba saat khutbah. Saya kembali mengangkat wajah
dari buku kecil hadist arbain. Tepat dihadapan saya, diujung selasar terlihat dua anak kecil memakai
mukena warna pink dan ungu. Saya tutup bukunya dan menemui mereka. dengan sok
akrab menyapa mereka.
“assalamualaikum...lagi apa?” Saya memulai
percakapan dengan senyum. Meski mata saya tak dapat dibohongi tengah mengantuk.
Mereka menjawab salam dan menyampirkan senyum.
“Kiki...” Aku mengulurkan tangan dengan
senyum yang masih setia dikedua ujung bibir.
“Nayla...”ucapnya sambil malu.
“Syfa...” Sahut yang satunya. Mereka
saling menatap dengan senyum. ah aku tau. mereka pasti aneh atau curiga mungkin
ada orang aneh yang tiba-tiba mengajak kenalan dimesjid?lalu akan menculik?ahhh
tidak. terlalu lebai sepertinyah kikoy.
Duduk dan kemudian membuka lumpia basah
yang tadi lupa sempat tak termakan.hhe
Nayla dan Syfa juga tengah memakan
batagor, akhirnya kami berbincang. Entah sejak kapan saya selalu SKSD pada anak
kecil. saya juga tak habis pikir. kenapa saya bisa seperti inih?heu
Setelah ngobrol sana sini..kami
beranjak. mereka akan shalat.
aku membuka tas dan mengambil buku Grafologi
yang memang diniatkan akan dibaca. subhanallah. cahaya yang lumayan burem
menambah suasana mencekam.ngantuk.he
Akhirnya kembali kubuka buku. Tiba-tiba
aku melihat bayi disamping wanita paruh baya yang tengah shalat. aku
menghampirinya dengan wajah excited.
Namun urung dan kembali muram saat melihat bayi itu tengah terlelap.
“Yah belum bisa nyubit.” ujarku.
“eh iya teh lagi tidur.” ujar umminya. kembali
pada tempat semula dan membuka buku, melanjutkan.
Sebentar kemudian. Adik bayi itu
terbangun. dan membuat umminya belum dapat shalat tarawih. Saya mencoba mendekat.
tiba tiba...
“Don’t
taaaaaaccccchhh....!!!”
“Don‘ taaaaccchhh...!!” Bantal, selimut
ia peluk seolah takut saya akan mengambilnya.
“Ini bocah kenapa?aku berguman dengan
wajah bingung. Jadi teringat cerita ummi kalau saya juga ketika diusia seperti
anak ini selalu menangis saat devivi adik pertama saya digendong orang lain.
padahal ummi mau shalat atau ada keperluan. hmmm aku mulai merasakan empati
pada orang-orang yang dulu sebel dengan apa yang aku lakukan.hahay
“Teteh ga boleh gitu.” Umminya
mengingatkan.
“Ga bole
pkonya doon taaachhhhhhhh...!!!”
“oh saya paham. ga bole nyentuh.
maksudnya don’t touch...hareuh bahasa
anak TK O besar.heu
Aku mulai bertanya.
“ Namanya siapa ini? sambil megang
kepala bayi..
“iiiihhhhhh dooon taaaccc...!!!”
“eeeh tth ko gtu? umminya mulai
mengingatkan lagi.
“ Halwa teteh. namanya halwa..” Umminya
menjawab.
“iihh luttunya halwa sholeh..cerdasya...”
Pipinya melambai-lambai memuat tangan saya gatal untuk mencubit gemas.
Matanya mulai berair. bibir menyungging
manyun ketas. aku mengabaikannya. tetap fokus melihat bayi.haha
jika diperhatikan malah akan
menjadi-jadi.tak berapa lama ia menyusut air matanya dengans selimut yang tak
boleh kupegang. apapun tak boleh dipegang. Akhirnya reda sendiri karena saya
tak memperhatikannya. Tangisan pertama.
saya tetap mendekati bayi. tetehnya
sudah siaga melihatku dengan tatapan menyilet.hha
aku tak balas melihatnya. mataku fokus
pada adik. bayi. akhirnya tetehnya mulai bernyanyi. dan salah.
“ehh ko gitu nyanyinya...ranting. bukan
lanting” umminya membenarkan.
“Ranting..” ujarku.
Matanya kembali berair. bibirnya
membentuk bulan sabit yang terbalik. mulai berkaca-kaca.
“ah ko nangis. ga usah nangis. itu bunda
juga kaya bunda yang disekolah teteh.
Aku tersenyum mengiyakan. Mataku kembali
memperhatikan dede bayi. ia kembali menyusut air mata dengan selimut yang
sedari tadi ia pegang. dengan mata tak lepas dari wajah saya. Tangisan kedua. Hareuh kiki uda buat
nangis orang.heu
Akhirnya lama kelamaan. aku mulai
mendekati.
“Ini nih. ada foto anak kecil lucu deh.
saya mulai membuka pembicaraan.
“Mana?” akhirnya ia mendekat.
“ihihi.lucu.haha” ia tertawa. seolah tak
pernah terjadi apa-apa. yah anak kecil memang gampang dialihkan perhatiannya.
itulah bedanya anak kecil dengan orang dewasa. mudah melupakan. Seolah tak
pernah terjadi apa-apa. tetap ceria dan bersemangat menghadapi hidup.
“Ini ada kucing pake peci. Kucing aja
sholat hebat yah. Teteh kerudungnya mana?
“ dirumah.” ujarnya. sambil senyum masih
setia bertengger dibibir kecilnya.
“Peci itu apa?” pertanyaan yang tak
pernah kuduga.
“Peci itu yang suka dipake abi buat
sholat.” saya mencoba menjelaskan.
“Apaan emang?” ia bertanya kembali.
sepertinya belum faham dan belum terbayang apa yang baru saja saya jelaskan.
“dipakai dikepala.” saya menegaskan.
“oh topi.” ia memegang dagu dengan
telunjuknya sambil mengangguk dengan senyum.
“Iya topi. tapi kalau peci biasanya
dipakai laki-laki untuk shalat” hem. Salah satu hal yang paling saya takuti
adalah salah memilih diksi saat menjelaskan pada anak-anak. Agar mudah
difahami. dan yang terpenting adalah anak memiliki pemehaman yang benar.
Sering kali orang tua menyebut kucing
itu “meng meng. atau miau.
anjing itu gogog.
makan> mamam
minum> muh dan sejenisnya. Padahal
kemampuan berbahasa anak tengah berkembang pesat menyerap apa yang dia dengar.
dan ia ucapkan kembali saat berinteraksi dengan orang lain.
kembali pada cerita diatas.
Dia mulai tertawa. Lama kelamaan saya
kehabisan stok gambar yang menurutnya menarik. Akhirnya saya baru ingat. Hape saya
bisa menulis dan memiliki warna.
sekalian saya mau mengetes kemampuan
motorik halus dan kemampuan ia menangkap kemampuan visualnya.
“Teteh ini bentuk apa?”. Saya menunjuk
gambar bulan separuh. hasil dari otak atik adik saya ci ayy.hha
“Bulan.” Senyumnya mengembang.
“Subhanallah pinteeer. coba ini apa?” Satu
persatu gambar yang dibuat tangan itu mampu ia jawab. pintar. gumamku.
“coba teteh bisa ga gambar bulan.” Ia
mulai menggambar.
Dan eits...gambarnya nyaris sempurna. Tangannya
begitu cekatan menggambar diusianya yang baru lima tahun.
“coba bintang..” saya kembali
menginstruksikan.
Tangannya cekatan. hanya saja perspektif
nya saja yang sepertinya belum dapat menggambarkan dengan sempurna.
Akhirnya saya memberi contoh membuat
gambar bintang dan sama persis.
sangat cepat menangkap apa yang saya
contohkan.
“hebat ih teteh.” aku berujar bangga. ia
tersenyum
“aku mau warna ijooo.”
“Boleh-boleh...” akhirnya keakraban itu mulai
terjalin.hhe
Saya pernah sering membuat anak-anak
menangis. namun saya juga sering membiarkannya hingga mereka kembali tersenyum.
Kenapa? karna anak kecil memiliki egosentris yang sangat sangat tinggi.^^
inginnya selalu diperhatikan. dituruti,
harus sesuai dengan apa yang mereka inginkan. nah mengapa kita harus belajar
ketegasan dan konsisten? karna pondasinya berasal dari saat usia ini. Usia yang
akan membentuk kepribadian mereka. Belajar bagaimana menghargai orang lain,
bahasa yang baik, disiplin, tanggungjawab, dan mengenal tuhannya..
semoga kita menjadi satu diantara
orangtua atau keluarga yang mencintai keluarga kita dengan memberikan mereka
kasih sayang terbaik.