KATA PENGANTAR
Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan
sebaik-baiknya.
Karya tulis ilmiah ini,dengan judul “
Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling dan Motivasi Belajar Siswa Hiperaktif
TK LAB UPI Kelas B”.Seorang Konselor,sudah sememestinya memiliki berbagai
kompetensi yang dimiliki. Berbagai kompetensi yang dimiliki tersebut maka akan
dapat memberikan motivasi yang kuat kepada siswa untuk mengikuti proses belajar
mengajar dengan baik. Dengan demikian tujuan bimbingan disekolah akan tercapai.
Makalah ini,membahas
pengertian,pendekatan,fungsi dan prinsip Bimbingan dan konseling,bagaimana
cirri-ciri anak-anak yang hiperaktif,dan jenis layanan yang ditujukan untuk
anak yang hiperaktif.
Makalah ini masih belum semprna dan masih
terdapat banyak kekurangan.oleh karenanya,peneliti mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak agar lebih baiknya karya ilmiah ini.
Peneliti sampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah
ini. Terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan-Nya untuk
berfikir,berkarya dan memberikan suatu hal yang lebih bermakna dalam karua-Nya
yang maha Indah.
Bandung,
2 Desember 2009
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan manusia
sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang sudah Tuhan lakukan, tak
ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan anak hiperaktif. Maka
seharusnya orangtua dan masyarakat sekitar pun harus dapat menerima dan memahami
masalah yang dihadapi anak-anak hiperaktif ini, misalnya masalah akan kebutuhan
sosialisasi, pendidikan, makanan dan gizi serta banyak lagi. Mungkin dalam
benak kita selalu bertanya, apa sih anak hiperaktif? identikkah anak-anak ini
dengan keterbatasan fisik dan phisikis yang mereka miliki?.
Mungkin banyak dari Anda yang
tidak tahu bahwa sebenarnya anak hiperaktif, berkebutuhan khusus tak hanya
terlepas pada anak LD, ADHD, autisme saja namun juga termasuk didalamnya ada
anak yang mengalami degradasi mental (down sindrom), tuna grahita, tuna wicara,
tuna rungu. Mereka layaknya anak-anak normal pun berhak untuk mendapatkan
kebutuhan yang mereka perlukan, misalnya pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan
anak-anak hiperaktif ini, terkadang banyak orangtua yang belum memahami kondisi
anak-anaknya. Para orangtua ini terkadang lupa bahkan menganggap bahwa
anak-anak mereka tidak berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya saja masalah
Romi, Bu Dewi ibu dari Romi selalu saja berkeluh kesah akan masalah anaknya. “Sekolah
belum genap tiga bulan, sayasudah bolak-balik dipanggil guru tentang perilaku
Romi di kelas.Ya, pusing, malu, kesal, bingung, campuraduk rasanya saat
itu.Macam-macam keluhan guru tentang anak saya,”ungkapnya.
Pengalaman ibu Dewi, menjadi
salah satu contoh permasalahan yang bisa saja dialami oleh banyak anak di
sekolah dan orangtua lainnya. Terlebih diawal anak mulai memasuki ‘dunia baru’
pada masa balita.Ibu Dewi cukup beruntung karena segera peka terhadap situasi
anaknya. Kepekaan dan sikap penerimaan yang wajar atas adanya permasalahan yang
timbul dalam masa perkembangan, dapat menjadi modal berharga bagi upaya lanjut
penanganan permasalahan belajar.Sikap ini menjadi langkah pembuka bagi upaya
penanganan maupun penanggulangan permasalahan anak. Inilah awal dimana upaya
intervensi dini penanganan permasalahan perkembangan dan belajar dapat
dilakukan.
Kepekaan orangtua menangkap
adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan
satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu
melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal
tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau
perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ
(K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta,
pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau
hiperaktif berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak
mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata
lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik
membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah
meningkat.
Kesulitan belajar akademik
menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung
(matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam
kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian
selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu
diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Pada dasarnya, manusia hidup untuk memenuhi
kebutuhannya. Dan dalam rangka tersebut manusia melakukan aktivitas yang
didorong oleh motivasi. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadikan manusia
melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian pula halnya siswa
yang sedang menjalami aktivitas belajar disekolah.karena didorong oleh motivasi
dalam diri masing-masing. Motivasi belajar merupakan daya penggerak dari
berbagai motif yang ada pada diri individu dan diarahkan pada tujuan
tertentu.untuk mempelajari suatu ilmu,dengan baik dibutuhkan motivasi,sebab
motivasi berkaitan dengan semangat dan kegairahan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah taman kanak-kanak
banyak dipengaruhi oleh guru (konselor) dan siswa. Oleh karena itu kompetensi
guru (konselor) dalam menjalankan aktifitas membimbing dan belajar mengajar
merupakan salahsatu faktor yang menentukan motivasi siswa untuk melakukan
aktifitas belajarnya tertama siswa tk yang memiliki sifat hiperaktif. Pada
umumnya, Taman kanak-kanak merupakan langkah awal yang dimasuki anak usia 5-6
tahun. Langkah tersebut merupakan langkah awal yang amat berpengaruh terhadap
perkembangan psikofisik anak.hal tersebut membuat peneliti merasa tergerak
untuk meneliti hal tersebut.karena hal ini dapat membekali peneliti untuk
mengembangkan pengetahuan dan menerapkannya kelak ketika peneliti benar-benar
terjun ke lapangan. Dalam hal ini, peranan bimbingan sangat diperlukan agar
motivasi, emosi, dan kreativitas siswa dapat lebih terarah sehingga dapat
mengarahkan siswa agar dapat mengenali diri dan lingkungan sekitarnya.
Bimbingan merupakan usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk siswa karena dapat membantu siswa dalam proses
belajarnya.Motivasi belajar timbul karena siswa merasakan kebutuhan akan
belajar. Motivasi bisa datang dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar
siswa. Motivasi dari dala disebut motivasi intrinsik, sedangkan motivasi dari
luar disebut dengan motivasi ekstrinsik.motivasi intrinsik biasanya lebih kuat
dan lebih tahan lama. Melalui motivasi intrinsik, siswa belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri sehingga siswa belajar atas
kesadaran diri sendiri.motivasi ekstrinsik tumbuh dari rangsangan luar. Kadang
kala siswa yang hiperaktif mengalami kondisi perubahan kondisi psikologis
karena jenuh atau bosan sehingga melakukan hal-hal yang dapat mengganggu orang
lain.misalnya menendang kursi hingga jatuh, atau berlarian mengitari kelas
ketika pelajarang tengah berlangsung. maka siswa membutuhkn rangsangan dari
luar untuk memulihakan dan membangkitkan motivasi belajarnya.
Salah
satu faktor yang membangkitkan motivasi siswa adalah guru. Oleh karena itu,
seorang guru (konselor) harus memiliki bekal kompetensi yang baik. Agar ketika
ia menghadapi berbagai macam karakter konseli, dia dapat menjadi pembimbing
yang tidak hanya sekedar memberi namun juga menyayangi.
1.2 .Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang diuraikan
pada identifikasi masalah diatas dan agar lebih terfokusnya penelitian ini,
maka peneliti perlu membatasi masalah penelitian yaitu pada Kompetensi Guru
Bimbingan dan Konseling dan Motivasi siswa hiperaktif usia 5-6 tahun di TK LAB
UPI Kelas B.
1.3.Rumusan Masalah
1. Seberapa pentingkah
peranan guru BK ditaman kanak-kanak?
2. Adakah guru BK khusus
di Taman kanak-kanak?
3. Perlukah konseling
khusus pada anak hiperaktif?
4. Apakah kendala guru
BK dalam menangani anak yang hiperaktif?
5. Apakah BK berperan
penting dalam penanganan anak yang hiperaktif?
6. Bagaimana memotivasi
siswa yang hiperaktif?
7. Bagaimana menghadapi
anak yang hiperaktif?
8.
Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan guru TK
terhadap teerhadap anak hiperaktif usia 5-6 tahun ?
9. Kompetensi apa saja
yang harus dimiliki oleh guru TK ?
1.4.Tujuan Penelitian
Mengetahui
sejauh mana peranan guru bimbingan dan konseling dan motivasi siswa hiperaktif
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak LAB UPI Kelas B.
1.5.Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini,
diperlukan data yang lengkap sekali karena hal ini akan sangat membantu dalam
proses pelaksaaan kegiatan. Selanjutnya, untuk menentukan atau memperoleh data
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa macam teknik, yaitu :
1.
Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan tanya jawab atau
dialog secara lisan baik secara langsung maupun tidak langsung
Wawancara yang bersifat secara langsung : apabila data yang diperlukan
ataudiperoleh langsung dari sumber data.
Wawancara bersifat insidentil : apabila
dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu dan dapat juga wawancara dengan
waktu terencana.
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara langsung dan insidentil. Peneliti menggunakan teknik
wawancara ini agar dapat dengan mudah untuk menciptakan hubungan akrab, mudah
mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, kemungkinan masuknya data yang lebih
banyak, baik dan tepat. Dan tidak dibatasi oleh
kemampuan membaca atau menulis.
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data
dengan mengunjungi langsung lapangan atau
lingkungan yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian.
1.6.Manfaat Penelitian
Memberikan
gambaran pada pembaca tentang kompetensi guru Bimbingan dan Konseling, serta
kinerjanya terhadap siswa Taman Kanak-kanak khususnya pada anak hiperaktif usia
5-6 tahun. Dan agar para pembaca mengetahui perbandingan antara kondisi di
lapangan dengan teori
BAB II
GARIS BESAR
BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PENGERTIAN DARI MOTIVASI ANAK HIPERAKTIF
2.1
Pengertian anak
Dunia anak berbeda dengan
dunia orang tua atau dunia orang dewasa. Mereka befikir, perasaan, berbuat
serta memandang dunia dan kehidupannya pun berbeda dengan kehiduopan orang
dewasa dan orang tua pada umumnya. Dapat dikatakan bahwa mereka sedang berada
dalam masa perkembangan artinya mereka hidup dalam tahapan kehidupan yang
berubah. Mereka banyak meniru, banyak menyerap, banyak belajar dan banyak
berlatih walau nampaknya bagi kita Nampak seperti main-main belaka. Pola
hubungan yang mereka laksanakan pun nampak seperti pola komunikasi permainan.
Melalui hayalnya yang begitu kaya mereka sepertinya dapat mengubah dunia riil
dengan dunia yang diangankannya, selaras dengan keinginan dan kebutuhannya.
Pola hidup seperti itulah yang melandasi pola komunikasi antar anak, antara
anak dengan orangtua, antara anak dengan lingkungannya.
Pada saat mereka masih kecil,
komunikasinya dengan lingkungan, fisik, psikologis, maupun sosial, dialaminya
sebagai berpusat pada dirinya sendiri (egosentris). Segala sesuatu, setiap
orang, dipandangnya diadakan untuk dirinya, maka ia berbuat dan berhubungan dengan itu semua
selaras dengan pandangan dan keinginannya sendiri. Hal ini selaras dengan
tahapan penemuan diri anak. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas,
baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga
masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak
adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan
pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami
karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi
yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak
pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman
tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa
hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup
yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk
yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan
pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan
tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
a). Usia dini merupakan usia yang paling penting
dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode
diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b). Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar
awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang
hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan.
Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c). Perkembangan fisik dan mental mengalami
kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 –
8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu
perlu stimulasi fisik dan mental.
Ada banyak hal yang diperoleh
dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :
a). Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak
yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b). Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak
sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas
perkembangan dengan baik.
c). Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar
anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d). Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak
secara realistis.
e). Mampu mengembangkan potensi anak secara
optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.
2.2
Pengertian Tentang Anak Hiperaktif
Anak yang hiperaktif umumnya bersifat
agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit belajar, tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Biasanya juga sulit bergaul
dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
dan juga sulit menaati orangtua dan guru. Setelah dewasa umumnya mengalami
masalah dalam emosi, suka bermabuk-mabukan atau melakukan pelanggaran hukum.
Sebenarnya keaktifan itu tidak mereka inginkan, namun mereka sulit untuk duduk
dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh suatu
kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Pernyataan Masalah
1.
Masalah Intelek Anak
hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang
penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit
menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa.
Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi
terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia
sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak
dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul,
kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk
menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering
tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana
kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit
diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir. Kadangkala mereka sadar
harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga
mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata,
sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m"
dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p"
dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam
membaca. Anak tidak mampu mengikuti
pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah
terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara
keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai
bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan
mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka
bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif
banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus
untuk menulis, anak hiperaktif memiliki keterampilan motorik halus yang secara
umum tidak sebaik anak biasa.
2. Masalah biologis
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam,
sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat
beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di
sekitarnya, suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap bahan kimia,
obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif terhadap makanan
tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai, daging, babi,
gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah terbangun, dan
kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil berjalan,
menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan banyak gerak
dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya gerakan
tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau
menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.
3. Masalah emosi
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila
berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak,
tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami
kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga
emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan
ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa
yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.
3. Masalah moral
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas,
maka mereka pun tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang
orangtua atau permen di toko, tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk
ke kamar orang lain, mencela pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan
telepon orang lain sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan
bermoral rendah.
· Problem di Rumah
Dibandingkan dengan anak yang
lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia
mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan
faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan
dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan,
ia gampang emosional. Selain itu, anak hiperaktif cenderung keras kepala dan
mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan
tersebut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik
dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua
sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak
mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.
Reaksi anakpun menolak dan berontak akibatnya terjadi ketegangan antara
orangtua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stres, dan situasi
rumah pun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi mudah frustasi.
Kegagalan bersosialisasi dimana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak
akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
· Problem Berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka
berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam
berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan
komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri
sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
· Problem Fisik
Secara umum anak hiperaktif
memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan
seperti asma dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya
juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik
anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh,
terkilir, dan sebagainya.
Pendekatan-pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling
Pendekatan-pendekatan
dalam Bimbingan dan Konseling dapat membantu menyelesaikan masalah di atas,
berikut pendekatan-pendekatannya:
A.
Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan
pengalaman-pengalaman dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah
sentral dalam tingkah laku sekarang. Kekuatan-kekuatan irrasional kuat; orang
didorong oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting
karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa
kanak-kanak yang direpresi
B. Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari
kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk
menentukkan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna,
berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan
kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri,
C. Pendekatan Client Centered
Memandang manusia secara positif; manusia
memiliki suatu kecenderungan ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks
hubungan konseling, konseli mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya
diingkari. Konseli mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah meningkatkan
kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
D. Pendekatan Gestalt
Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan
intregasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya anti
deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk
menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan
sekarang.
E. Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang
memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan
ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan dini dan skenario
kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
F. Pendekatan Tingkah Laku
Manusia dibentuk dan
dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. Pandangannya deterministik, dalam
arti tingkah laku, dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
G. Pendekatan Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk
berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan ke arah
berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan
yang irrasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakian-keyakinan yang
irrasional itu. Tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan
menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan ulang.
Modelnya adalah didaktif direktif, Terapi dilihat sebagai proses reduksi.
H. Pendekatan Realitas
Manusia membutuhkan identitas
dan mampu mengembangkan "identitas kegagalan". Pendekatan realitas
berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik
2.3
Anak Berkebutuhan Khusus
2.4
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak
Berkebutuhan Khusus antara lain:
2.5
tunagrahita,
tunadaksa,
tunalaras,
kesulitan belajar,
gangguan prilaku,
anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. Istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah
anak luar biasa dan
anak cacat. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa
isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing.
SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
A. Tunanetra Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu:
buta total (Blind) dan
low vision. Definisi
Tunanetra menurut
Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan
atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra
penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu
indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media
yang digunakan harus bersifat
taktual dan
bersuara, contohnya
adalah penggunaan
tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata.
sedangkan media yang bersuara adalah
tape recorder dan
peranti lunak
JAWS. Untuk membantu
tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai
Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan
tongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
B. Tunarungu Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran
ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran
berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut
tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan
bahasa
isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa
berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan
komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa
verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan
dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
C. Tunagrahita Tunagrahita
adalah individu yang memiliki
intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi prilaku yang muncul dalam
masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada
tingkatan
IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan
bina diri dan
sosialisasi.
D. Tunadaksa Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral palsy,
amputasi,
polio, dan
lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktivitas
fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol
gerakan fisik.
E. Tunalaras Tunalaras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
F. Kesulitan belajar Adalah
individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis
yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca,
berhitung, berbicara
yang disebabkan karena
gangguan persepsi,
brain injury,
disfungsi minimal otak,
dislexia, dan
afasia perkembangan.
individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata,
mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
2.7
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang
memerlukan penanganankhusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak
berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat pada umumnya.
Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak
berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah
yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah
berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi
klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya
perkembangan. Hingga
saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas
di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental
Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
1. Autistic Disorder Autisme
adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
2. Asperger Disorder Secara
umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu
memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah
lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak
autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal
yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan
bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik
dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton,
ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada
minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great
rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang
bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi
hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
3. Rett’s Disorder Rett’s
Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek
perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia
18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba.
Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam
kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah
perempuan.
4.
Childhood Disintegrative Disorder Yang
membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme
adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa
tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami
kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa
samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning
autisme) dengan performa yang sama.
5. Pervasive Development
Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS) Anak
dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja
kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa
bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak
bercanda.
Anak-anak
berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism
Spectrum Disorder :
a. Child with developmental Impairement Yang
banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation).
Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah
rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas
perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi
mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinya pun tidak mengalami
gangguan. Hanya saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik
pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
b. Child with specific learning
disability Anak
berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar.
Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan
masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami
lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara,
berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai
pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf,
dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah
menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan
ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction,
dyslexia dan developmental aphasia.
c. Child with emotional or
behavioral disorder
Anak dengan ganguan
perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat
dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim,
berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang
tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa
keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah
kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
d. Child who have attention
deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih
dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari
satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ±
5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang
konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering
mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan
tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan
huruf.
e. Down Syndrom
Anak down syndraom sangat
mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa
diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak
normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi
otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara
dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan
mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek
akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga
memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang
berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak
seperti patung) dan kekanak-kanakan.
f. Child with communication
disorder and deafness
Lebih popular dengan
istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya
indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
g.Child with partially seeing
and legally blind
Anak tunagrahita
dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu
kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan
taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung
jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita
mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka
membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam
melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan
mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
h.Child with Giftednees and
Special talent
2.5
Pengertian Kompetensi Guru
Dalam Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah
“kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut
kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini
dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian. Kompetensi Menyusun Rencana
a. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar
mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan
ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus
dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan
belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu
perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping
pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula
kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan
menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan
kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
meliputi kemampuan :
·
Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan
bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran.
·
Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan
perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa.
·
Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar.
·
Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Hal serupa dikemukakan oleh
Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan:
û Memotivasi siswa
belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran.
û Mengarahkan tujuan
pengajaran.
û Menyajikan bahan
pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran.
û Melakukan pemantapan
belajar.
û Menggunakan alat-alat
bantu pengajaran dengan baik dan benar.
û Melaksanakan layanan
bimbingan penyuluhan.
û Memperbaiki program
belajar mengajar.
û Melaksanakan hasil
penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi
pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan
pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien.
Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan
awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan
perilaku siswa.
Depdiknas (2004:9)
mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi :
F Membuka pelajaran.
F Menyajikan materi.
F Menggunakan media dan
metode.
F Menggunakan alat
peraga.
F Menggunakan bahasa
yang komunikatif
F Memotivasi siswa.
F Mengorganisasi
kegiatan.
F Berinteraksi dengan
siswa secara komunikatif.
F Menyimpulkan
pelajaran.
F Memberikan umpan
balik.
F Melaksanakan
penilaian.
F Menggunakan waktu.
Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan
dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan
dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan
proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat
menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
b. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
Menurut Sutisna (1993:212),
penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan
perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan.
Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi
program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah
ditetapkan.Commite dalam Wirawan (2002:22) menjelaskan, evaluasi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik
akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang
salah akan merugikan pendidikan.Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses
belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai
tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut
hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian,
melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang
harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
Guru sebagai tenaga pendidik
yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian
yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap
anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang
patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh
sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3)
kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan
dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239)
mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang
mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut
diteladani oleh siswa.
Menurut Undang-undang No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138)
mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan
agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional
meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang
harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan
rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
Guru yang efektif adalah guru
yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi.
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.
2.6
Pengertian
Konseling
Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin
“consilium “artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau
“memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari
“sellan” yang berarti”menyerahkan”.
Interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut
konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan
dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku
klien. (Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan
Shertzer & Stone,1974).
Hal-hal pokok yang terdapat pada pengertian Konseling menurut ahli diatas
adalah : Rumusan (Smith,dalam Shertzer & Stone,1974)
1. Konseling merupakan suatu proses
pemberian bantuan.
2. Bantuan diberikan dengan meng
interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik mengenai individu yang dibimbing
sendiri maupun lingkungannya,khususnya menyangkut pilihan-pilihan, dan rencana
yang dibuat.
2.6.1 Fungsi Bimbingan Dan Konseling
a. Pemahaman fungsi bimbingan dan
konseling yang menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan
dan pemacahan masalah peserta didik meliputi pemahaman diri dan dan lingkungan
peserta didik.
b. Pencegahan fungsi bimbingan dan
konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.
c.
Pengentasan fungsi
bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya
berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
d. Pemeliharaan
Dan Pengembangan fungsi
bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan
2.6.2 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-Prinsip
Umum
- Bimbingan
berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari
kepribadian yang berbagai macam
- Pemberian
bimbingan yang tepat dan sesuai pada individu yang bersangkutan
- Berpusat pada indivudu yang dibimbing
4. Masalah
yang tak dapat diselesaikan di sekolah, diserahkan kepada yang berwenang
- Identifikasi
kebutuhan
- Fleksibel
- Bimbingan
dipimpin oleh ahli dalam bimbingan dan bekerjasama dengan pembantunya
serta mengunakan narasumber
8. Evaluasi
rutin terhadap program bimbingan
2.6.3 Visi
Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak
Beberapa visi BK di taman kanak-kanak
yakni sebagai berikut:
· Meningkatkan upaya
pemberian layanan kepada setiap anak sehingga anak mampu mengembangkan
seluruh potensi kecerdasannya seoptimal mungkin.
· Meningkatkan kualita pribadi anak seoptimal mungkin.
· Mempersiapkan anak untuk mampu mengembangkan diri dan cerdas dalam seluruh
aspek pada jenjang pendidikan yang akan ditempuh pada periode berikutnya.
2.6.4 Tujuan
Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak
a.
Tujuan Umum Tujuan
umum layanan BK di TK adalah membantu anak supaya dapat mengenal diri dan lingkungan terdekat sehingga mampu
menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan
di sekolah dan masyarakat.
b. Tujuan Khusus
Di samping tujuan umum, BK
di Taman Kanak-kanak juga memiliki tujuan khusus, yaitu :
· Membantu anak
untuk mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifat, kebiasaaan, kelemahan dan
juga kelebihannya.
· Membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya.
· Membantu anak mengatasi kemungkinan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya,
baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
· Membantu orang tua agar mampu mengerti, memahami, dan menerima anak sebagai
individu unik.
· Membantu orang tua mengatasi gangguan emosi anakdan yang ada hubungannya
dengan situasi keluarga di rumah.
· Membantu orang tua memilih sekolah
bagi anaknya sesuai dengan kemampuan inteltktual, fisik, dan sosial
emosionalnya.
· Memberikan informasi pada orang tua untuk membantu menjaga dan memelihara
kesehatan anak.
2.6.5 Jenis
Layanan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak
Jenis
layanan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak antara lain:
· Layanan pengumpulan data adalah layanan pertama yang di lakukan guru dalam
bimbingan data yang berkaitan dengan segala aspek kepribadian dan kehidupan
anak TK dan keluarga.
· Layanan info, betujuan untuk membekali anak dengan berbagai pengetahuan dan
pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan,
dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat (Nurihsan,2007;73)
· Layanan konseling merupakan suatu layanan yang dimaksudkan untuk membantu
kesulitan yang dihadapi anak secara lebih intensif dan mendalam, juga dengan
kata lain dapat diartikan bahwa layanan konseling merupakan layanan dimana guru
dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman anak terhadap sesuatu.
· Layanan penempatan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak
memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya.
· Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan penanganan guru pada anak.
BAB III
DESKRIPSI DAN
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, kami membahas tentang kompetensi
Guru Bimbingan dan Konseling terhadap anak hiperaktif usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-kanak Laboratorium UPI. Dari hasil wawancara yang kami lakukan, ternyata
di TK tersebut tidak terdapat Guru Bimbingan dan Konseling khusus. Guru kelas
merupakan sentral yang merangkap sebagai guru Bimbingan bagi peserta didik di
TK tersebut. Tetapi tidak semua Taman Kanak-Kanak tidak memiliki Guru Bimbingan
Khusus. Tergantung kepada sekolah dan tujuan sekolah tersebut. Biasanya sekolah-sekolah
inklusif yang menyediakan guru Bimbingan Khusus. Tetapi, bukan berarti di Taman
Kanak-Kanak yang tidak mempunyai Guru Bimbingan Khusus, mereka tidak mempunyai
waktu khusus untuk membimbing para peserta didik. Bagi para guru TK di sekolah
yang tidak memiliki guru BK secara khusus, tiap jam pelajaran merupakan waktu
untuk membimbing para peserta didiknya. Sebenarnya secara tidak langsung,
materi yang diberikan kepada para siswa dapat membimbing para anak. Misalnya
saja melalui sebuah permainan yang diberikan oleh sang guru kepada muridnya. Meskipun
hanya berupa permainan sederahana, permainan tersebut secara tidak langsung
dapat menstimulus peserta didik untuk melakukan sebuah kebiasaan yang baik
baginya.
Terkait dengan penanganan guru terhadap anak yang
hiperaktif, guru biasanya menghadapi sebuah kendala berupa ketidaksinkronan
antar konsep di rumah dan di sekolah dan, kurangnya pemahaman seorang guru
terhadap anak hiperaktif. Disini proses Bimbingan dan Konseling tidak banyak
berperan aktif, namun sedikitnya, proses Bimbingan dan Konseling dapat membantu
anak hiperaktif dengan cara mengajak anak berkomunikasi agar luapan perasaan
anak tersebut dapat tercurahkan sehingga perasaan anak bisa lebih tenang.
Selain itu juga, anak hiperaktif yang telah tercurahkan perasaannya tidak akan
mengganggu temannya.
Sebab dari hasil wawancara dan observasi, anak yang hiperaktif cenderung akan
mengganggu temannya jika suasana hatinya kurang baik. Dalam hal ini,
psikiaterlah yang memberi saran pada guru TK untuk menangani dan memutuskan
tindakan yang tepat pada anak hiperaktif tersebut.
3.2 Pembahasan Masalah Peneliti
A.Kompetensi Bimbingan dan Konseling
Sama
halnya dengan profesi lain, guru BK pun membutuhkan sejumlah
pengetahuan,metode,kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.oleh
karenanya guru harusmemiliki oleh seorang guru BK dam proses belajar
mengajar.yaitu : kompetrensi pribadi,kompetensi professional dan kompetensi
social.
1. Kompetensi Pribadi
· Peka terhadap
perubahan dan pembaharuan
· Berfikir alternatif
· Kemantapan dan
integrasi pribadi
· Adil,jujur dan
objektif
· Berdisiplin dalam
menjalankan
· Ulet dan tekun
bekerja
· Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
· Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak
· Bersifat terbuka
· Kreatif
· Berwibawa
2. Kompetensi
Profesional meliputi :
· Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar
· Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di
sekolah
· terambil memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa
· Menguasai metode
berfikir
· Meningkatkan kemampuan dalam menjalankan profesinya
· Mampu memahami
karakteristik siswa
· Mampu bekerja terencana dan terprogram
· Mampu menggubakan waktu secara tepat
4. Kompetensi Sosial
5. Terampil
berkomunikasi dengan siswa
6. Bersikap simpatik
dan empatik
7.
Pandai bergaul dengan kawan
dan mitra pendidikan
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam mengahadapi anak yang
hiperaktif, seorang guru TK tentu akan kesulitan dalam menghadapinya. Lalu treatment apa saja yang cocok untuk anak
seperti ini? Berikut paparan kami tentang hal tersebut:
1.
Penggunaan obat
Dokter umumnya menganjurkan
menggunakan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itupun sudah
dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya cukup serius
dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus sesuai dengan
petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingnya. Penting sekali untuk
berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.
2.
Pengaturan makanan
Dalam konsultasi dengan dokter, orang
tua sebaiknya menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan
dan apakah p[erlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti
terhadap kebenaran ini.
3.
Hindarkan pemanjaan
Anak jangan dimanjakan kalau tahu
bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orang tua harus bertahan
dengan peraturan yang tekah diberikan dan menuntut anak untuk menaatinya.
Tunjukan dengan mantap dan wibawa bahea orang tua ingin ditaati oleh
anak-anaknya supaya pernyataan ini juga member rasa aman pada anak. Sikap
bertahan ini bukan berate kejam, keras, dictator atau berhati baja, tetapi
sebaliknya justru untuk membina dan mengajar tentang apa yang harus mereka
lakukan.
4.
Menciptakan lingkungan yang tenang
Usahakan menciptakan suasana yang
tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: dikamar atau diruang
bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah
rumah agar anak itui dapat tumbuh dalam suasana yang baik.
5.
Memilih acara tv dengan hati-hati
Acara tv yang menampilkan acara
kekerasan, lagu yang rebut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat
meranngsang anak dan mi,engakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk
meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu pilihlah acara tv yang
beradegan lembut dan baik.
6.
Gunakan tenaga ekstra dengan tepat
anak ini kurang dapat mengendalikan
diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat,
maka itu akan mengurangi kenoraan, misalnya dengan mengijinkan dia mengikuti
kegiatan diluar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau
mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar dikelas, sehingga dengan
demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.
7.
Membimbing dalam kebenaran
Meski anak hiperakti sering tidak
mampu menguasai diri dengAN perilakunya, orang tua atau guru yidak seharusnya
bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus
dicegah, kemudian tentukan suatustandar yang sesuia dengan kebenaran. Perlu ada
kesabaran untuk mengajarkan hal ini, meskipun haru dilakukan berulang-ulang.
Bila orang tua tidak putus asa, anak mempunyai harapan utuk disembuhkan.
Didiklah mereka selalu, untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada
pertolongan-Nya. Jiika mereka berbuat dosa, mohonlah pengampunan kepada Allah
karena niscaya allah akan mengampuninya jika dia benar-benar mengakui dan tak
akan mengulangi lagi dosa yang telah ia perbuat, Maka sejauh mereka
mengendalikan perilaku mereka, kebenaranlah yang harus menjadi dasar yang harus
mereka tuntut.
REFERENSI
Soelaeman. 1994. Pendidikan dalam keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Rasto.2009.”Pengertian
kompetensi guru” [online]. Tersedia :http:// rasto. wordpress. com (1 desember 2009)
Ahira, Anne.
2008.”motivasi belajar” [online] tersedia :http:// www.anneahira.com
(3 desember 2009)
eko.2008.
“eko13.wordpress.com” [online] tersedia :http:// eko13.wordpress.com (2
desember 2009)
Depdiknas.2009.
penataan profeionsal konselor dan layan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal. Depdiknas