dibawah naungan pinus

Trhere is about love in ukhuwwah...^^
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KESEHATAN MENTAL “Fungsi Mental Hygiene Bagi Kehidupan Manusia”


KATA PENGANTAR
             Puji tak henti-hentinya penyaji panjatkan  ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat da hidayah-Nya, sehingga upaya penulisan makalah sederhana ini dapat penyusun rampungkan.
            Makalah ini bukanlah makalah penelitian, melainkan hasil pengumpulan materi dari berbagai sumber literatur. Materi yang kami kaji adalah  Fungsi Mental Hygiene Bagi Kehidupan Manusia.
            Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menghadapi banyak kendala, terutama dalam mengumpulkan bahan-bahan yang akan dijadikan rujukan. Akan tetapi, berkat bantuan dari banyak pihak, kendala tersebut dapat diatasi. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan bantuan sumber-sumber tentang bahan-bahan yang penyusun perlukan dalam penulisan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan ilmu bagi siapapun yang membacanya. Dan semoga dengan jalan ini Allah memberikan pintu ilmu-Nya seluas-luasnya.

Bandung, 12 Februari 2010
                                                                                                Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Usaha ini kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan mental (mental hygiene).
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, bahkan menambah permasalahan-permasalahan baru, seperti kecemasan dengan kemewahan hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan sehingga nilai kemanusiaan diabaikan.
Pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan krisis multi dimensi di berbagai pelosok nusantara. Belum tuntas permasalahan ekonomi, muncul konflik berbau Sara, baru saja meredam pertikaian tersebut, bangsa kita dilanda berbagai bencana, semakin memperbukuk kondisi mental bangsa ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Ø  Mengetahui Fungsi Mental hygiene bagi kehidupan manusia
Ø  Mengetahui implementasi kesehatan mental terhadap Bimbingan dan Konseling


1.3 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deduktif-induktif atau khusus umum dan campuran. Kami sengaja menggunakan metode ini agar pembahasan yang kami sampaikan dapat difahami secara sitematis dan structural.



BAB II
Fungsi Mental Hygiene Bagi kehidupan Manusia
A. Pengertian Secara Etimologis dan Terminologis
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Kesehatan mental, merupakan harmonisasi fungsi-fungsi kejiwaan dalam menghadapi perkembangan kehidupan. Cakupan kesehatan mental terbentang dari yang sangat baik hingga yang sangat buruk. Kesehatan mental terkait dengan :
1)      Bagaimana kita memikirkan sesuatu , merasakan dan menjalani kehidupan. 2) Bagaimna kita menilai diri sendiri dan orang lain. Bagaimana menentukan pilihan-pilihan dalam besikap, 3) bagaimana mengatasi stress, 4) bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan 5) bagaimana mengambil keputusan, dan lain-lain.  
Kajian kesehatan mental terentang dari yang baik sampai yang buruk. Setiap orang, mungkin dalam hidupnya mengalami kedua sisi rentangan tersebut, kadang-kadang keadaan mentalnya sangat sehat, tetapi dilain waktu justru sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam hal ini kami mengkaji fungsi dari mental hygiene, yakni unutuk:
1)      Preventif ( pencegahan ) :
 Mental hygiene berupaya mencegah terjadinya kesulitan atau gangguan mental  dan penyesuaian diri. Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang menjamin mental yang sehat,  seperti halnya physical hygiene memelihara fisik yang sehat
2)   Memelihara (preservation) :
Untuk memelihara kesehatan mental dan mencegah terjadinya mental illness (sakit mental) istirahat yang memadai merupakan cara untuk memelihara fisik yang sehat, sementara pemuasan keutuhan psikologis (seperti memproleh kasih sayang  dan rasa aman )merupakan prinsip  yang mendasar dalam memelihara mental yang sehat. Tidak hanya itu,  dukungan dan peranan lingkungan sangat menentukan  sehat tidaknya mental seseorang. Hal ini berkaitan dengan hakikat yang dimilki oleh manusia itu sendiri. Yakni mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Maka dari itu, lingkungan merupakan hal yang amat mendasar dalam pemeliharaan metal hyegiene.
3 )  Amelioratif (Perbaikan)
Merupakan upaya memperbaiki kepribadian dan meninkatkan kemampuan menyesuaikan diri, sehingga  gejala-gejala tingkah laku dan mekanisme pertahanan diri dapat dikendalikan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan kesehatan mental, maka sulit untuk menentukan pola-pola hubungan dan metode latihan atau disiplin yang dapat menjamin berkembangnya mental yang sehat selama periode perkembangan anak.
4)  Suportif (pengembangan)
Fungsi ini merupakan upaya untuk mengembangkan mental yang sehat atau kepribadian, sehingga seseorang mampu menghindari kesulitan-kesulitan psikologis yang mungkin dialaminya. Fungsi-fungsi mental hygiene itu dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan

Melalui mental hygiene (dengan memperhatikan prinsip dan fungsinya) dapat diupayakan bagaimana menata kehidupan mental (rohani), baik diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun kehidupan berbangsa dan bernegara secara sehat, sehingga dapat mencapai suasanan kehidupan yang nyaman, tentram dan bahagia.
Mental yang sakit ditandai beberapa ciri seperti:
1)      Kecemasan/ kegelisahan dalam menghadapi kehidupan (anxiety),
2)      Mudah tersinggung (perasa),
3)      Sikap agresif (pemarah) atau berperilaku, menyerang, dan destruktif (merusak),
4)      Tiadk mampu menghadapi kenyataan secara realistic (tidak sabar atau konaah) sehingga mudah frustasi,
5)      Memiliki gejala psikosomatis (sakit fisik yang disebabkan oleh gangguan psikis karena stress),
6)      Tidak beriman kepada Allah.
Apabila dalam masyarakat banyak yang memiliki pribadi seperti ini, maka akan terjadi malapetaka dalam kehidupan (baik pribadi maupun masyarakat), seperti kita alami dewasa ini. Setiap hari kita mendengar, membaca, dan bahkan menyaksikan langsung berbagai perilaku menyimpang (misbehavior), salah suai (maladjustment), atau psikopat, seperti : tawuran, pembunuhan, pencurian.
Mengingat pentingnya pencapaian kehidupan yang bahagia, seyogyanya mental hygiene ini menjadi perhatian bagi semua pihak untuk melaksanakannya, baik di lingkungan pendididkan, keluarga, perusahaan dan pemerintahan dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling, mental hyegiene merupakan salah satu aspek yang mendasari  hubungan saling memahami antara konselor dan konseli
Uraian tentang landasan psikologis mengemukakan berbagai hal pokok yang amat besar pengaruhnya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan kepribadian. Sedangkan tentang landasan sosial budaya dibahas pengaruh sosial budaya terhadap individu, hambatan-hambatan komunikasi dan penyesuaian diri sebagai dampak perbedaan antar budaya serta pengaruh perbedaan antar budaya itu terhadap layanan bimbingan dan konseling.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

IBU


IBU
Embun menitik laksana permata
Menghujam dalam
Denyut nadi yang mulai derdetak
Lakasna butiran  permata
Sinaran matamu menyiratkan kedamaian
Ibu,…
Aku encintaimu,
Cintamu,reukir sukma
Kasih sayangmu,pelitaku
Kesabaranmu, menguatkanku
Kutasbihkan rinduku padamu,
Dalam bait cinta-Nya yang suci
Kasih yang kau beri,
Cinta yang tak terperi
Bergemur indah dalam kalbuku




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA HIPERAKTIF USIA 5-6 TAHUN DI TK LAB.UPI KELAS B



                                                 KATA PENGANTAR
Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.
Karya tulis ilmiah ini,dengan judul “ Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling dan Motivasi Belajar Siswa Hiperaktif TK LAB UPI Kelas B”.Seorang Konselor,sudah sememestinya memiliki berbagai kompetensi yang dimiliki. Berbagai kompetensi yang dimiliki tersebut maka akan dapat memberikan motivasi yang kuat kepada siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Dengan demikian tujuan bimbingan disekolah akan tercapai.
Makalah ini,membahas pengertian,pendekatan,fungsi dan prinsip Bimbingan dan konseling,bagaimana cirri-ciri anak-anak yang hiperaktif,dan jenis layanan yang ditujukan untuk anak yang hiperaktif.
Makalah ini masih belum semprna dan masih terdapat banyak kekurangan.oleh karenanya,peneliti mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar lebih baiknya karya ilmiah ini.
Peneliti sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini. Terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan-Nya untuk berfikir,berkarya dan memberikan suatu hal yang lebih bermakna dalam karua-Nya yang maha Indah.



                                                                Bandung, 2 Desember 2009
                                                                   


                                                                                                   Penulis






BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Tuhan menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang sudah Tuhan lakukan, tak ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan anak hiperaktif. Maka seharusnya orangtua dan masyarakat sekitar pun harus dapat menerima dan memahami masalah yang dihadapi anak-anak hiperaktif ini, misalnya masalah akan kebutuhan sosialisasi, pendidikan, makanan dan gizi serta banyak lagi. Mungkin dalam benak kita selalu bertanya, apa sih anak hiperaktif? identikkah anak-anak ini dengan keterbatasan fisik dan phisikis yang mereka miliki?.
Mungkin banyak dari Anda yang tidak tahu bahwa sebenarnya anak hiperaktif, berkebutuhan khusus tak hanya terlepas pada anak LD, ADHD, autisme saja namun juga termasuk didalamnya ada anak yang mengalami degradasi mental (down sindrom), tuna grahita, tuna wicara, tuna rungu. Mereka layaknya anak-anak normal pun berhak untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka perlukan, misalnya pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan anak-anak hiperaktif ini, terkadang banyak orangtua yang belum memahami kondisi anak-anaknya. Para orangtua ini terkadang lupa bahkan menganggap bahwa anak-anak mereka tidak berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya saja masalah Romi, Bu Dewi ibu dari Romi selalu saja berkeluh kesah akan masalah anaknya. “Sekolah belum genap tiga bulan, sayasudah bolak-balik dipanggil guru tentang perilaku Romi di kelas.Ya, pusing, malu, kesal, bingung, campuraduk rasanya saat itu.Macam-macam keluhan guru tentang anak saya,”ungkapnya.
Pengalaman ibu Dewi, menjadi salah satu contoh permasalahan yang bisa saja dialami oleh banyak anak di sekolah dan orangtua lainnya. Terlebih diawal anak mulai memasuki ‘dunia baru’ pada masa balita.Ibu Dewi cukup beruntung karena segera peka terhadap situasi anaknya. Kepekaan dan sikap penerimaan yang wajar atas adanya permasalahan yang timbul dalam masa perkembangan, dapat menjadi modal berharga bagi upaya lanjut penanganan permasalahan belajar.Sikap ini menjadi langkah pembuka bagi upaya penanganan maupun penanggulangan permasalahan anak. Inilah awal dimana upaya intervensi dini penanganan permasalahan perkembangan dan belajar dapat dilakukan.
Kepekaan orangtua menangkap adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta, pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau hiperaktif berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Pada dasarnya, manusia hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dalam rangka tersebut manusia melakukan aktivitas yang didorong oleh motivasi. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadikan manusia melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian pula halnya siswa yang sedang menjalami aktivitas belajar disekolah.karena didorong oleh motivasi dalam diri masing-masing. Motivasi belajar merupakan daya penggerak dari berbagai motif yang ada pada diri individu dan diarahkan pada tujuan tertentu.untuk mempelajari suatu ilmu,dengan baik dibutuhkan motivasi,sebab motivasi berkaitan dengan semangat dan kegairahan seseorang untuk melakukan sesuatu. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah taman kanak-kanak banyak dipengaruhi oleh guru (konselor) dan siswa. Oleh karena itu kompetensi guru (konselor) dalam menjalankan aktifitas membimbing dan belajar mengajar merupakan salahsatu faktor yang menentukan motivasi siswa untuk melakukan aktifitas belajarnya tertama siswa tk yang memiliki sifat hiperaktif. Pada umumnya, Taman kanak-kanak merupakan langkah awal yang dimasuki anak usia 5-6 tahun. Langkah tersebut merupakan langkah awal yang amat berpengaruh terhadap perkembangan psikofisik anak.hal tersebut membuat peneliti merasa tergerak untuk meneliti hal tersebut.karena hal ini dapat membekali peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkannya kelak ketika peneliti benar-benar terjun ke lapangan. Dalam hal ini, peranan bimbingan sangat diperlukan agar motivasi, emosi, dan kreativitas siswa dapat lebih terarah sehingga dapat mengarahkan siswa agar dapat mengenali diri dan lingkungan sekitarnya.
 Bimbingan merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk siswa karena dapat membantu siswa dalam proses belajarnya.Motivasi belajar timbul karena siswa merasakan kebutuhan akan belajar. Motivasi bisa datang dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar siswa. Motivasi dari dala disebut motivasi intrinsik, sedangkan motivasi dari luar disebut dengan motivasi ekstrinsik.motivasi intrinsik biasanya lebih kuat dan lebih tahan lama. Melalui motivasi intrinsik, siswa belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri sehingga siswa belajar atas kesadaran diri sendiri.motivasi ekstrinsik tumbuh dari rangsangan luar. Kadang kala siswa yang hiperaktif mengalami kondisi perubahan kondisi psikologis karena jenuh atau bosan sehingga melakukan hal-hal yang dapat mengganggu orang lain.misalnya menendang kursi hingga jatuh, atau berlarian mengitari kelas ketika pelajarang tengah berlangsung. maka siswa membutuhkn rangsangan dari luar untuk memulihakan dan membangkitkan motivasi belajarnya.
            Salah satu faktor yang membangkitkan motivasi siswa adalah guru. Oleh karena itu, seorang guru (konselor) harus memiliki bekal kompetensi yang baik. Agar ketika ia menghadapi berbagai macam karakter konseli, dia dapat menjadi pembimbing yang tidak hanya sekedar memberi namun juga menyayangi.

1.2 .Batasan Masalah
             Mengingat banyaknya masalah yang diuraikan pada identifikasi masalah diatas dan agar lebih terfokusnya penelitian ini, maka peneliti perlu membatasi masalah penelitian yaitu pada Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling dan Motivasi siswa hiperaktif usia 5-6 tahun di TK LAB UPI Kelas B.

1.3.Rumusan Masalah
1.      Seberapa pentingkah peranan guru BK ditaman kanak-kanak?
2.      Adakah guru BK khusus di Taman kanak-kanak?
3.      Perlukah konseling khusus pada anak hiperaktif?
4.      Apakah kendala guru BK dalam menangani anak yang hiperaktif?
5.      Apakah BK berperan penting dalam penanganan anak yang hiperaktif?
6.      Bagaimana memotivasi siswa yang hiperaktif?
7.      Bagaimana menghadapi anak yang hiperaktif?
8.      Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan guru TK terhadap teerhadap anak hiperaktif usia 5-6 tahun ?
9.      Kompetensi apa saja yang harus dimiliki oleh guru TK ?

1.4.Tujuan Penelitian
            Mengetahui sejauh mana peranan guru bimbingan dan konseling dan motivasi siswa hiperaktif usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak LAB UPI Kelas B.

1.5.Metode Pengumpulan Data
            Dalam pelaksanaan penelitian ini, diperlukan data yang lengkap sekali karena hal ini akan sangat membantu dalam proses pelaksaaan kegiatan. Selanjutnya, untuk menentukan atau memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa macam teknik, yaitu :
1.   Wawancara
         Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan tanya jawab atau dialog secara lisan baik secara langsung maupun tidak langsung
Wawancara yang bersifat secara  langsung : apabila data yang diperlukan ataudiperoleh langsung dari sumber data.
Wawancara bersifat insidentil : apabila dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu dan dapat juga wawancara dengan waktu terencana.
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung dan insidentil. Peneliti menggunakan teknik wawancara ini agar dapat dengan mudah untuk menciptakan hubungan akrab, mudah mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, kemungkinan masuknya data yang lebih banyak, baik dan tepat. Dan tidak dibatasi oleh kemampuan membaca atau menulis.
2. Observasi
          Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
dengan mengunjungi langsung lapangan atau lingkungan yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian.

1.6.Manfaat Penelitian                  
         Memberikan gambaran pada pembaca tentang kompetensi guru Bimbingan dan Konseling, serta kinerjanya terhadap siswa Taman Kanak-kanak khususnya pada anak hiperaktif usia 5-6 tahun. Dan agar para pembaca mengetahui perbandingan antara kondisi di lapangan dengan teori

BAB II
GARIS BESAR BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PENGERTIAN DARI MOTIVASI ANAK HIPERAKTIF

2.1        Pengertian anak
Dunia anak berbeda dengan dunia orang tua atau dunia orang dewasa. Mereka befikir, perasaan, berbuat serta memandang dunia dan kehidupannya pun berbeda dengan kehiduopan orang dewasa dan orang tua pada umumnya. Dapat dikatakan bahwa mereka sedang berada dalam masa perkembangan artinya mereka hidup dalam tahapan kehidupan yang berubah. Mereka banyak meniru, banyak menyerap, banyak belajar dan banyak berlatih walau nampaknya bagi kita Nampak seperti main-main belaka. Pola hubungan yang mereka laksanakan pun nampak seperti pola komunikasi permainan. Melalui hayalnya yang begitu kaya mereka sepertinya dapat mengubah dunia riil dengan dunia yang diangankannya, selaras dengan keinginan dan kebutuhannya. Pola hidup seperti itulah yang melandasi pola komunikasi antar anak, antara anak dengan orangtua, antara anak dengan lingkungannya.
Pada saat mereka masih kecil, komunikasinya dengan lingkungan, fisik, psikologis, maupun sosial, dialaminya sebagai berpusat pada dirinya sendiri (egosentris). Segala sesuatu, setiap orang, dipandangnya diadakan untuk dirinya, maka ia  berbuat dan berhubungan dengan itu semua selaras dengan pandangan dan keinginannya sendiri. Hal ini selaras dengan tahapan penemuan diri anak. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
a). Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b). Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c). Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 – 8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental.

Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :
a). Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b). Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
c). Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d). Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
e). Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.
2.2        Pengertian Tentang Anak Hiperaktif
Anak yang hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit belajar, tidak tahan lama melakukan satu aktivitas. Biasanya juga sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orangtua dan guru. Setelah dewasa umumnya mengalami masalah dalam emosi, suka bermabuk-mabukan atau melakukan pelanggaran hukum. Sebenarnya keaktifan itu tidak mereka inginkan, namun mereka sulit untuk duduk dengan tenang dan memperlambat gerakan mereka karena mereka didorong oleh suatu kekuatan yang sulit dijelaskan, dan sulit diubah.
Pernyataan Masalah
1.      Masalah Intelek                                                                                                               Anak hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa. Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul, kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.                     Kadangkala mereka sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata, sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m" dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p" dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam membaca. Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki keterampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa.
2. Masalah biologis                                                                                                   
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam, sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di sekitarnya, suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai, daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.
3. Masalah emosi                                                                                                                  
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.
3.      Masalah moral                                                                                                                
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen di toko, tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.
·      Problem di Rumah                                                                         
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu, anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi.
Hambatan-hambatan tersebut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak akibatnya terjadi ketegangan antara orangtua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stres, dan situasi rumah pun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi mudah frustasi. Kegagalan bersosialisasi dimana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

·      Problem Berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

·      Problem Fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

Pendekatan-pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling

Pendekatan-pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling dapat membantu menyelesaikan masalah di atas, berikut pendekatan-pendekatannya:
A. Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Kekuatan-kekuatan irrasional kuat; orang didorong oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi
B. Pendekatan Eksistensial-Humanistik
       Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk menentukkan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri,
C. Pendekatan Client Centered
        Memandang manusia secara positif; manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan konseling, konseli mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Konseli mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah meningkatkan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
D. Pendekatan Gestalt
        Manusia terdorong ke arah keseluruhan dan intregasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya anti deterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
E. Pendekatan Analisis Transaksional
       Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
F. Pendekatan Tingkah Laku
       Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. Pandangannya deterministik, dalam arti tingkah laku, dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
G. Pendekatan Rasional Emotif
        Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan ke arah berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irrasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakian-keyakinan yang irrasional itu. Tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan dan memutuskan ulang. Modelnya adalah didaktif direktif, Terapi dilihat sebagai proses reduksi.
H. Pendekatan Realitas
       Manusia membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan "identitas kegagalan". Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik
2.3              Anak Berkebutuhan Khusus                                                                                  
2.4              Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak Berkebutuhan Khusus antara lain:
2.5               
2.6              ,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.                   Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.                                                            Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
A. Tunanetra                                                                                                               Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
B. Tunarungu                                                                                                              Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
C. Tunagrahita                                                                                                                        Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
D. Tunadaksa                                                                                                              Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
E. Tunalaras                                                                                                                Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
F. Kesulitan belajar                                                                                                                 Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.           
2.7        Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus                                                                    Anak berkebutuhan khusus adalah meraka yang memerlukan penanganankhusus yang berkaitan dengan kekhususannya. Anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi istilah baru bagi masyarakat pada umumnya. Padahal jika kita memahami lebih dalam lagi maksud dari istilah anak-anak berkebutuhan khusus, istilah ini tidaklah terlalu asing. Di Indonesia istilah yang terlebih dahulu populer untuk mengacu pada anak berkebutuhan khusus adalah berkaitan dengan istilah anak luar biasa. Pada profesi psikologi klinis/kedokteran istilah yang populer adalah anak-anak dengan handaya perkembangan.                        Hingga saat ini anak-anak berkebutuhan khusus yang mendapat perhatian yang cukup luas di masyarakat adalah mereka yang tergolong kedalam Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder.
1.      Autistic Disorder                                                                                            Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
2.      Asperger Disorder                                                                                                       Secara umum performa anak Asperger Disorder hampir sama dengan anak autisme, yaitu memiliki gangguan pada kemampuan komunikasi, interaksi sosial dan tingkah lakunya. Namun gangguan pada anak Asperger lebih ringan dibandingkan anak autisme dan sering disebut dengan istilah ”High-fuctioning autism”. Hal-hal yang paling membedakan antara anak Autisme dan Asperger adalah pada kemampuan bahasa bicaranya. Kemampuan bahasa bicara anak Asperger jauh lebih baik dibandingkan anak autisme. Intonasi bicara anak asperger cendrung monoton, ekspresi muka kurang hidup cendrung murung dan berbibicara hanya seputar pada minatnya saja. Bila anak autisme tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, anak asperger masih bisa dan memiliki kemauan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kecerdasan anak asperger biasanya ada pada great rata-rata keatas. Memiliki minat yang sangat tinggi pada buku terutama yang bersifat ingatan/memori pada satu kategori. Misalnya menghafal klasifikasi hewan/tumbuhan yang menggunakan nama-nama latin.
3.      Rett’s Disorder                                                                                                           Rett’s Disorder adalah jenis gangguan perkembangan yang masuk kategori ASD. Aspek perkembangan pada anak Rett’s Disorder mengalami kemuduran sejak menginjak usia 18 bulan yang ditandai hilangnya kemampuan bahasa bicara secara tiba-tiba. Koordinasi motorinya semakin memburuk dan dibarengi dengan kemunduran dalam kemampuan sosialnya. Rett’s Disorder hampir keseluruhan penderitanya adalah perempuan.
4.      Childhood Disintegrative Disorder                                                                            Yang membedakan anak Childhood Disintegrative Disorder (CCD) dengan anak autisme adalah bahwa umumnya anak CCD sempat berkembang secara normal sampai beberapa tahun termasuk kemampuan bahasa bicaranya. Biasanya anak-anak itu mengalami kemunduran setelah menginjak 2 tahun. Kemunduran kemampuan pada anak CDD bisa samapai pada kondisi anak dengan ganggaun autisme berat (low fuctioning autisme) dengan performa yang sama.
5.      Pervasive Development Disorder Not Otherwie Specified (PDD-NOS)                               Anak dengan gangguan PDD-NOS performanya hampir sama dengan anak Autisme hanya saja kualitas gangguannya lebih ringan dan terkadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi wajah tidak terlalu datar dan masih bisa diajak bercanda.
Anak-anak berkebutuhan khusus selain Pervasive Developmental Disorder atau Autism Spectrum Disorder :
a.  Child with developmental Impairement                                                                                Yang banyak dikenal di Indonesia sebagai anak tuna grahita (mental retardation). Secara umum anak dengan gangguan retardasi mental memiliki inteligensi di bawah rata-rata normal, tidak mampu berprilaku adaptif sesuai tugas-tugas perkembangan usianya. Secara performa fisik tanpak sekilas anak retardasi mental seperti anak normal. Kemampuan berkomunikasinya pun tidak mengalami gangguan. Hanya saja anak retardasi mental sulit mengembangkan topik pembicaraan kearah yang lebih lanjut dan kompleks.
b. Child with specific learning disability                                                                       Anak berprestasi rendah yang lebih populer dengan istilah anak berkesulitan belajar. Mereka mempunyai kesulitan di bidang-bidang akademik, kognitif dan masalah-masalah emosi sosial. Oleh sebab itu kelainan-kelaian yang dialami lebih bersifat psikologis, yang berimbas pada gangguan kelancaran berbicara, berbahasa dan menulis. Anak-anak LD terlihat tidak berkemampuan sebagai pendengar yang baik, berfikir, berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, dan perhitungan yang bersifat matematika. Tes hasil belajar di sekolah menunjukan angka rendah. Yang tergolong learning disabilitis adalah anak dengan ganguan persepsi, cedera otak/cerebal palsy, minimal brain dysfunction, dyslexia dan developmental aphasia.
c. Child with emotional or behavioral disorder
Anak dengan ganguan perilaku menyimpang/emosional menunjukan masalah perilaku yang dapat terlihat dari ; selalu gagal/tidak dapat menjalin hubungan pribadi yang intim, berprilaku tidak pada tempatnya (sering mencari perhatian dengan cara-cara yang tidak logis), merasakan adanya depresi dan tidak bahagia (diri sendiri/bisa keluarga/lingkungan sosial) prestasi belajar menurun (memiliki masalah-masalah kesulitan belajar bukan disebabkan faktor intelektual, sensori atau kesehatan).
d.      Child who have attention deficit disorder with hyperactive (ADHD)
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain. Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya. Rentang konsentrasinya sangat pendek, mudah bingung dan pikirannya selalu kacau, sering mengabaikan perintah atau arahan, sering tidak berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah. Sering mengalami kesulitan mengeja atau menirukan ejaan huruf.
e. Down Syndrom
Anak down syndraom sangat mudah dikenali lewat bentuk wajahnya (seperti orang mongol). Tapi beberapa diantaranya tidak memperlihatkan bentuk muka down syndrom (layaknya anak normal). Mereka biasanya sangat pendiam, sering bermasalah dengan koordinasi otot-otot mulut tangan dan kaki sehingga sering mengalami terlambat berbicara dan berjalan. Kemampuan inteligensinya dibawah rata-rata normal menyebabkan mereka sulit mengikuti tugas-tugas perkembangan anak normal, baik dalam aspek akademis, emosi dan bersosialisasi. Tak jarang behavioralnya juga memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (sering mencari perhatian yang berlebihan, memperihatkan sikap keras kepala yang berlebihan (shut off/berlagak seperti patung) dan kekanak-kanakan.
f. Child with communication disorder and deafness
Lebih popular dengan istilah tunarungu/wicara adalah mereka yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebahagian atau keseluruhan, akibat tidak berfungsinya indra pendengaran sebagaian/keseluruhan.
g.Child with partially seeing and legally blind
Anak tunagrahita dikategorikan sebagai anak-anak yang memiliki indra ke-enam. Hal ini mengacu kepada kemampuan inteligensi yang cukup baik, daya ingat yang kuat, kemampuan taktil yang tinggi berupa kemampuan merasakan objek melalui ujung jari-jemarinya sebagai pengganti indra penglihatannya. Anak tunagrahita mempresepsikan dunia dengan menggunakan indra sensoriknya, sehingga mereka membutuhkan latihan dalam waktu yang lama untuk menguasai dunia persepsi. Dalam melakukan interaksi sosial umumnya dilakukan dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya, sehingga kurang menarik bagi lawan bicaranya.
h.Child with Giftednees and Special talent

2.5        Pengertian Kompetensi Guru
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi Menyusun Rencana
a. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.             Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan :
·         Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran.
·         Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa.
·         Mendemonstrasikan berbagai metode mengajar. 
·         Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Hal serupa dikemukakan oleh Harahap (1982:32) yang menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan program mengajar adalah mencakup kemampuan:
û  Memotivasi siswa belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran.
û  Mengarahkan tujuan pengajaran.
û  Menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang relevan dengan tujuan pengajaran.
û  Melakukan pemantapan belajar.
û  Menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar.
û  Melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan.
û  Memperbaiki program belajar mengajar.
û  Melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.
Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi :
F Membuka pelajaran.
F Menyajikan materi.
F Menggunakan media dan metode.
F Menggunakan alat peraga.
F Menggunakan bahasa yang komunikatif
F Memotivasi siswa.
F Mengorganisasi kegiatan.
F Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif.
F Menyimpulkan pelajaran.
F Memberikan umpan balik.
F Melaksanakan penilaian.
F Menggunakan waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

b. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar
Menurut Sutisna (1993:212), penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.Commite dalam Wirawan (2002:22) menjelaskan, evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.

2.6              Pengertian Konseling                                                                                                           

Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan”.
Interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
(Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974).

Hal-hal pokok yang terdapat pada pengertian Konseling menurut ahli diatas adalah : Rumusan (Smith,dalam Shertzer & Stone,1974)

1.      Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan.

2.    Bantuan diberikan dengan meng interpreswtasikan fakta-fakta atau data,baik mengenai individu yang dibimbing sendiri maupun lingkungannya,khususnya menyangkut pilihan-pilihan, dan rencana yang dibuat.

  2.6.1         Fungsi Bimbingan Dan Konseling

a.    Pemahaman                                                                                                       fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi pemahaman diri dan dan lingkungan peserta didik.
b.    Pencegahan                                                                                             fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.
c.    Pengentasan                                                                                            fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
d.   Pemeliharaan Dan Pengembangan                                                             fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan
            2.6.2         Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-Prinsip Umum
  1. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari kepribadian yang berbagai macam
  2. Pemberian bimbingan yang tepat dan sesuai pada individu yang bersangkutan
  3. Berpusat pada indivudu yang dibimbing
4.    Masalah yang tak dapat diselesaikan di sekolah, diserahkan kepada yang berwenang
  1. Identifikasi kebutuhan
  2. Fleksibel
  3. Bimbingan dipimpin oleh ahli dalam bimbingan dan bekerjasama dengan pembantunya serta mengunakan narasumber
8.    Evaluasi rutin terhadap program bimbingan
2.6.3       Visi Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak
Beberapa visi BK di taman kanak-kanak yakni sebagai berikut:
·      Meningkatkan upaya pemberian layanan kepada setiap anak sehingga anak mampu mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya seoptimal mungkin.
·      Meningkatkan kualita pribadi anak seoptimal mungkin.
·      Mempersiapkan anak untuk mampu mengembangkan diri dan cerdas dalam seluruh aspek pada jenjang pendidikan yang akan ditempuh pada periode berikutnya.

2.6.4       Tujuan Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak
a.    Tujuan Umum                                                                                Tujuan umum layanan BK di TK adalah membantu anak supaya dapat mengenal diri  dan lingkungan terdekat sehingga mampu menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di sekolah dan masyarakat.

b.    Tujuan Khusus
Di samping tujuan umum, BK di Taman Kanak-kanak juga memiliki tujuan khusus, yaitu :
·      Membantu anak untuk mengenal dirinya, kemampuannya, sifat-sifat, kebiasaaan, kelemahan dan juga kelebihannya.
·      Membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya.
·      Membantu anak mengatasi kemungkinan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
·      Membantu orang tua agar mampu mengerti, memahami, dan menerima anak sebagai individu unik.
·      Membantu orang tua mengatasi gangguan emosi anakdan yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah.
·      Membantu orang  tua memilih sekolah bagi anaknya sesuai dengan kemampuan inteltktual, fisik, dan sosial emosionalnya.
·      Memberikan informasi pada orang tua untuk membantu menjaga dan memelihara kesehatan anak.

2.6.5       Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak
Jenis layanan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak antara lain:
·      Layanan pengumpulan data adalah layanan pertama yang di lakukan guru dalam bimbingan data yang berkaitan dengan segala aspek kepribadian dan kehidupan anak TK dan keluarga.
·      Layanan info, betujuan untuk membekali anak dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Nurihsan,2007;73)
·      Layanan konseling merupakan suatu layanan yang dimaksudkan untuk membantu kesulitan yang dihadapi anak secara lebih intensif dan mendalam, juga dengan kata lain dapat diartikan bahwa layanan konseling merupakan layanan dimana guru dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman anak terhadap sesuatu.
·      Layanan penempatan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya.
·      Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanganan guru pada anak.


BAB III
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, kami membahas tentang kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling terhadap anak hiperaktif usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Laboratorium UPI. Dari hasil wawancara yang kami lakukan, ternyata di TK tersebut tidak terdapat Guru Bimbingan dan Konseling khusus. Guru kelas merupakan sentral yang merangkap sebagai guru Bimbingan bagi peserta didik di TK tersebut. Tetapi tidak semua Taman Kanak-Kanak tidak memiliki Guru Bimbingan Khusus. Tergantung kepada sekolah dan tujuan sekolah tersebut. Biasanya sekolah-sekolah inklusif yang menyediakan guru Bimbingan Khusus. Tetapi, bukan berarti di Taman Kanak-Kanak yang tidak mempunyai Guru Bimbingan Khusus, mereka tidak mempunyai waktu khusus untuk membimbing para peserta didik. Bagi para guru TK di sekolah yang tidak memiliki guru BK secara khusus, tiap jam pelajaran merupakan waktu untuk membimbing para peserta didiknya. Sebenarnya secara tidak langsung, materi yang diberikan kepada para siswa dapat membimbing para anak. Misalnya saja melalui sebuah permainan yang diberikan oleh sang guru kepada muridnya.                       Meskipun hanya berupa permainan sederahana, permainan tersebut secara tidak langsung dapat menstimulus peserta didik untuk melakukan sebuah kebiasaan yang baik baginya.
          Terkait dengan penanganan guru terhadap anak yang hiperaktif, guru biasanya menghadapi sebuah kendala berupa ketidaksinkronan antar konsep di rumah dan di sekolah dan, kurangnya pemahaman seorang guru terhadap anak hiperaktif. Disini proses Bimbingan dan Konseling tidak banyak berperan aktif, namun sedikitnya, proses Bimbingan dan Konseling dapat membantu anak hiperaktif dengan cara mengajak anak berkomunikasi agar luapan perasaan anak tersebut dapat tercurahkan sehingga perasaan anak bisa lebih tenang. Selain itu juga, anak hiperaktif yang telah tercurahkan perasaannya tidak akan mengganggu temannya.                  Sebab dari hasil wawancara dan observasi, anak yang hiperaktif cenderung akan mengganggu temannya jika suasana hatinya kurang baik. Dalam hal ini, psikiaterlah yang memberi saran pada guru TK untuk menangani dan memutuskan tindakan yang tepat pada anak hiperaktif tersebut.

3.2 Pembahasan Masalah Peneliti

A.Kompetensi Bimbingan dan Konseling
Sama halnya dengan profesi lain, guru BK pun membutuhkan sejumlah pengetahuan,metode,kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.oleh karenanya guru harusmemiliki oleh seorang guru BK dam proses belajar mengajar.yaitu : kompetrensi pribadi,kompetensi professional dan kompetensi social.
1.    Kompetensi Pribadi
·      Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
·      Berfikir alternatif
·      Kemantapan dan integrasi pribadi
·      Adil,jujur dan objektif
·      Berdisiplin dalam menjalankan
·      Ulet dan tekun bekerja
·      Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
·      Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak
·      Bersifat terbuka
·      Kreatif
·      Berwibawa
2.    Kompetensi Profesional meliputi :
·      Mampu mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar
·      Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
·      terambil memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa
·      Menguasai metode berfikir
·      Meningkatkan kemampuan dalam menjalankan profesinya
·      Mampu memahami karakteristik siswa
·      Mampu bekerja terencana dan terprogram
·      Mampu menggubakan waktu secara tepat
4.    Kompetensi Sosial
5.    Terampil berkomunikasi dengan siswa
6.    Bersikap simpatik dan empatik
7.    Pandai bergaul dengan kawan dan mitra pendidikan


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN


          Dalam mengahadapi anak yang hiperaktif, seorang guru TK tentu akan kesulitan dalam menghadapinya. Lalu treatment apa saja yang cocok untuk anak seperti ini? Berikut paparan kami tentang hal tersebut:

1.    Penggunaan obat
Dokter umumnya menganjurkan menggunakan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itupun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingnya. Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.

2.    Pengaturan makanan
Dalam konsultasi dengan dokter, orang tua sebaiknya menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan dan apakah p[erlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.

3.    Hindarkan pemanjaan
Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orang tua harus bertahan dengan peraturan yang tekah diberikan dan menuntut anak untuk menaatinya. Tunjukan dengan mantap dan wibawa bahea orang tua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga member rasa aman pada anak. Sikap bertahan ini bukan berate kejam, keras, dictator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar tentang apa yang harus mereka lakukan.

4.    Menciptakan lingkungan yang tenang
Usahakan menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: dikamar atau diruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itui dapat tumbuh dalam suasana yang baik.

5.    Memilih acara tv dengan hati-hati
Acara tv yang menampilkan acara kekerasan, lagu yang rebut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat meranngsang anak dan mi,engakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu pilihlah acara tv yang beradegan lembut dan baik.

6.    Gunakan tenaga ekstra dengan tepat
anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi kenoraan, misalnya dengan mengijinkan dia mengikuti kegiatan diluar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar dikelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.

7.    Membimbing dalam kebenaran
Meski anak hiperakti sering tidak mampu menguasai diri dengAN perilakunya, orang tua atau guru yidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatustandar yang sesuia dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, meskipun haru dilakukan berulang-ulang. Bila orang tua tidak putus asa, anak mempunyai harapan utuk disembuhkan. Didiklah mereka selalu, untuk berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada pertolongan-Nya. Jiika mereka berbuat dosa, mohonlah pengampunan kepada Allah karena niscaya allah akan mengampuninya jika dia benar-benar mengakui dan tak akan mengulangi lagi dosa yang telah ia perbuat, Maka sejauh mereka mengendalikan perilaku mereka, kebenaranlah yang harus menjadi dasar yang harus mereka tuntut.



REFERENSI

Soelaeman. 1994.  Pendidikan dalam keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Rasto.2009.”Pengertian kompetensi guru” [online]. Tersedia :http:// rasto. wordpress. com (1 desember 2009)

Ahira, Anne. 2008.”motivasi belajar” [online] tersedia :http:// www.anneahira.com (3 desember 2009)

eko.2008. “eko13.wordpress.com” [online] tersedia :http:// eko13.wordpress.com (2 desember 2009)

Depdiknas.2009. penataan profeionsal konselor dan layan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Depdiknas




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Copyright 2009 Pelangi Rizqi
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates