Asyknya Dunia Bk



Bismillahirrahmanirrahim-

Telah banyak keluhan dan nada sinis yang terlontar dari mulut para siswa bahkan guru mata pelajaran yang merasa gerah dengan keberadaan guru Bk. Image guru Bk “ killer ” atau guru yang suka mondar-mandir. Telah membudaya. Kian hari menjadi permasalahan. semakin bertambahnya hari. Maka makin banyak pula tantangan yang harus dihadapi oleh seorang Konselor sejati. Seorang guru pembimbing yang harus dengan tegas mengambil keputusan dan menempatkan dirinya dalam situasi dan kondisi apapun secara tepat. Kejadian yang menimpa anak didik, dari mulai kasus absen, bolos, berkelahi, beergaya yang aneh-aneh, hingga ada yang sudah menjajakan diri kepada para Bapak yang seharusnya menyayangi mereka.
Ketahuilah bahwa sebenarnya kita semua ikut andil didalamnya sebagai orangtua, tetangga, teman bahkan sebagai guru..Jika ditelusuri lebih dalam, maka kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa hal itu terjadi karena mereka kurang mendapat perhatian dari orangtua sebagai wadah pertama dan utama mendidik anak. Kesibukan orangtua sering mengakibatkan mereka tidak punya tempat untuk berbagi kasih atau sekedar berbagi cerita. Seringkali orangtua hanya menomorsatukan cari nafkah untuk keluarga dan memperlakukan anaknya seperti benda yang bisa tumbuh dan berkembang hanya dengan di beri makan. Padahal hewan sekalipun memerlukan perhatian dan pemeliharanya. Maka sempatkanlah sesekali untuk bercengkrama denga mereka agar mereka merasa punya orangtua yang menyayangi mereka. Dari sanalah kita kadang bisa menyadari bahwa ada hal yang telah kita lupakan akan kebutuhannya. Sebagai seorang guru, apalagi guru BK, hendaknya ikut membantu dan bukannya malah menambah masalah.Jangan sesekali menyalahkan mereka, tapi dengarkan dan berilah empati.Sungguh kita sudah menyimpang dari profesi jika kita pernah mengatakan " itu kan salahmu sendiri ", atau "sebagai anak, kamu harus berbakti" atau "ternyata kamu nakal", atau "baru kali ini aku jumpa dengan anak yang bandel seperti kamu" dll, yang menyebabkan anak akan semakin merana dan tersudut. Jika hal ini terjadi, maka jangan harap pekerjaan anda sebagai BK akan sukses, karena mereka takkan lagi mau bicara dengan anda. Jadi ajak mereka diskusi, cari kelebihannya dan binalah kelebihannya itu.Yakinlah bahwa pada dasarnya anak mempunyai kelebihan masing-masing, dan inilah yang perlu mendapatkan perhatian bagaimana agar bisa dikembangkan. Bukan guru BK disebut berhasil jika hanya bisa buat surat perjanjian, dan hanya menangani anak yang baik-baik saja. Memang tugas ini berat, tetapi akan ringan jika kita ikhlas melaksanakannya dan jadikan itu sebagai panggilan tugas, bukan merupakan beban
.Dalam kumpulan kreasi ini, saya mencoba membahas bagaimana guru Bk sesungguhnya . Semoga goresan tinta ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sedkit pencerahan bagi siapapun yang membacanya. Semoga amal kecil ini dapat memberi secerah harapan keihlasan agar tetap berkarya di dalam ridha-Nya…


Bandung, 4 Januari 2010


Kiki Rizqi Nadratushalihah
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks  adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur  (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik tertentu  atau yang perlu  ‘dipanggil’  saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
Inilah salah satu kisah nyata dari beribu bahkan berjuta kasus yang menimpa para siswa. Semoga dapat kita ambil darinya pelajaran yang berharga untuk membekali kita dan memberi gambaran bagaimana dunia Bimbingan dan Konseling sesungguhnya.

Suatu pagi yang indah, kicauan burung bernyanyi riang mengantar pagi yang disinari mentari. udara bersih masih menggantung disetiap sudut-sudut sekolah salah satu SMP termashur di salahsatu pelosok negeri. Terlihat seorang guru tengah menikmati indahnya pagi dengan menghirup dalam – dalam udara pagi yang bersih, dengan tak henti-hentinya hatinya bertasbih seiring detak jantung yang mengisyaratkan kehidupannya. Tiba-tiba terlihat seorang wanita paruh baya yang setengah berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Assalamualaikum… wanita itu mengucapkan salam dengan menyipitan mata karena mentari pagi mulai meninggi.
Waalaikum salam.. guru itu menjawabnya dengan lembut. “maaf ada yang bisa saya Bantu”? guru itu menyiratkan pandangan yang menentramkan hati wanita itu yang terlihat begitu khawatir. ia berkata sambil menyilahkannya duduk.
“Saya hanya ingin agar ibu menanyakan kepada anak saya, dari mana saja ia selama dua hari kemarin. Karena ia tak mau bicara. ia terlihat sendu,
Memangnya, anak ibu kenapa?
Anak saya bolos dua hari .saya tidak tau dia kemana saja selama dua hari itu. Padahal ayahnya sudah berusaha membujuknya bahkan menjepit kuku tangan anaknya dengan tang saking kesalnya.
Guru itu mendengarkan dengan cermat seoleh tak mau sedikitpun kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu tercecer dengan percuma.
“Sebelumnya saya minta maaf atas kelalaian saya sehingga saya tidak mengetahui jika anak ibu bolos. Saya akan menanyakannya pada wali kelasnya.

Ternyata memang benar, Refa sudah bolos dua hari tanpa sepengatahuan orang lain. Termasuk wali kelasnya.

“disini, hanya ada ibu, dan kamu. Ini adalah pembicaraan rahasia kita berdua.tak akan nada orang lain yang berhak mengetahuinya. Kecuali atas izin dari kamu.
Ia terlihat menunduk. Tak terlihat sedikitpu gelagat aneh yang muncul.
Pakaiannya terlihat rapih dan sopan. Sikapnya pun sangat sopan. Aku memperhatikannya dengan seksama. Ia menunduk dalam. Jangan takut, ceritakanlah pada ibu apa yang sebenarnya  terjadi. Apa yang kamu lakukan selama dua hari kemarin sampai membuat kedua orang tuamu khawatir.
Ia terlihat mengambil nafas sejenak. Ia kembali menatap mataku dengan nanar. Sebenarnya, kemarin…kemarin… saya memang bolos…
lalu..?aku melihatnya dengan lembut…
hanya main-main saja…
main?aku berkata sambil mengerutkan dahi.main dengan siapa?..
dengan teman-teman..tapi beda sekolah…
hanya main?..
sebenarnya nongkrong..
aku mulai curiga.
Hanya sekedar nongkrong..aku berusaha membuatnya tetap merasa tenang…
Sebenarnya..hikz.ia mulai menangis…saya ikut geng bu… didalam geng itu saya dan keenam teman saya pesta minuman keras dan  merokok.
aku berusaha tetap tenang..
apakah kamu juga melakukan hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan saat itu?
sebenarnya…saya tidak mau melakukannya. Tapi karena mereka mendesak saya, ahirnya saya mencobanya…
aku menarik nafas berat. Ceritanya mengalir bak air bah yang tak terbendung. Ketua genk saya telah mengkonsumsi ganja. Hingga saya dan teman-teman hampir terbawa olehnya..namun, hati saya tergerak untuk tidak melakukannya. Kami biasa berkumpul disebuah gudang bekas pembuatan tempe. Biasanya mereka selalu menunggu saya sebelum atau setelah masuk sekolah. Gank kami terdiri dari 6 orang dua diantaranya adalah pria. Aku langsung mengerutkan dahi. Lalu, apakah kalian…
tidak bu.. ia memandangku lembut. Seolah mengerti kekhawatiranku.
Walaupun kami semua nakal. Namun kami memiliki prinsip untuk tidak pacaran. Yang saya takutkan adalah ketika kalian sedang mabuk. Kalian akan melakukan hal yang…
alhamdulillah, sampai saat ini kami tak melakukan semua itu.
Aku menarik nafas lega, aku sedikit tak percaya. Namun aku melihat sorot matanya menyatakan bahwa apa yang ia katakan adalah benar.
Bolehkah ibu memberitahukan semua ini pada orang tuamu?..
Ia terkejut dengan perkataanku.. saya mohon bu..jangan katakan semua ini pada siapapun, apalagi kedua orang tua saya…mereka akan sangat marah..bu, kemarin saja ketika saya tak memberitahukan kemana saya pergi ayah saya menjepit saya dengan tang. Tapi saya tak tega melihat orang tua saya sedih, apalagi ibu saya… beliau akan menangis bila mendengar ini.. ia mengangis tersedu…
Aku menarik nafas perlahan…
Ibu janji, orang tuamu takkan marah…aku berusaha meyakinkannya walaupun ini sulit.
Ia masih terlihat ragu.. aku menatapnya lekat.. sambil tersenum, ..ibu janji.. akhirnya ia mengangguk pasrah…
Hari itu juga aku menemui orang tuanya…
Ketika aku ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, memang benar, mereka sangat perpukul dengan kenyataan ini.
“ Bu, pak, saya mohon, ketika anak ibu datAng, jangan sampai dimarahi, apalagi dipukul..karena jika dikerasi, saya khawatir refa akan lebih brutal…
Ibunya menagis pilu, ia tak menyangka anaknya dapat melakukan semua itu..ayahnya terlihat berusaha menahan amarah.
Hening…
Anak itu masih kecil, masih kelas satu Smp, .hikz.. tapi kenapa ia telah melangkah jauh sekali bu..ibunya menangis …padahal waktu SD ia sangat penurut dan pendiam. Dan sampai sekarangpun sikapnya tak menunjukkan tingkah laku yang aneh.
Ini memang kesalahan saya,..ayahnya mulai berbicara. Jika dulu saya tidak melakukan perbuatan terkutuk itu, refa tak akan melakukan itu..ia membuang muka sambil menhan tangis,…
bu.. saya telah berusaha membiayai anak saya untuk sekolah agar ia pintar  tak seperti saya, selama ini saya hanya menjual bensin. Karena yang saya mampu hanya itu. Saya telah berusaha agar anak saya tak seperti saya.. saya  sangat berharap…anak saya bisa sukses.suaranya sedikit parau
Saya turut prihatin dengan musibah ini, kita jadikan pelajaran agar kita sama-sama saling mengingatkan…mulai sekarang, terima apa yang telah terjadi, jangan terus menerus menyalahkan diri sendiri. Saya telah berbicara dengan kepala sekolah, dan saya meminta waktu tiga bulan untuk lebih memfokuskan terhadap anak bapak. Saya minta kerja samanya agar anak bapak bisa terlepas dari semua ini. Saya minta, ketika pergi atau pulang dari sekolah, bapak atau ibu dampingi refa. Karena disaat itulah teman-temannya datang. Jadi jangan sampai kita kecolongan lagi. Jangan terlalu keras dan terlalu memprotektif karena hal itu akan membuat refa merasa tertekan..
Baiklah, terimakasih bu..
Sama-sama bapak. Semoga apa yang sama-sama kita harapkan menjadi kenyataan.

Itulah salah satu contoh langkah konkret seorang konslor yang langsung mengambil keputusan dengan tepat tanpa merugikan pihak siapapun. Melangkah sesuai dengan ketentuan sebgaimana tugasnya dan bertutur layaknya seorang ibu yang tengah melindungi anaknya.
Memang tak semua orang memilki kemampuan dan sifat yang sama. Namun  cerita nyata ini menjadi gambaran bahwa masalah yang melanda setiap siswa ini tidak main-main. Telah banyak korban berguguran. Telah banyak juga siswa yang telah berhasil mencapai perkembangan yang optimal sehingga ia telah memenuhi perkembangannya pada saat yang tepat. Ini bukanlah masalah kecil ini adalah masalah kit bersama.
Dalam proses konseling kadang-kadang teman-teman guru pembimbing banyak melupakan beberapa fase yang dalam kontek konsep teori mengingat dalam prakteknya banyak perubahan-perubahan dalam alam perasaan, pikiran dan perilaku terjadi dalam fase-fase dalam proses konseling dimana ada 5 fase konseling yang perlu dipahami teman-teman guru pembimbing
a. Pembukaan
Pada fase ini konselor membangun hubungan antar pribadi yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Meskipun konselii datang menghadap konselor atas inisiatifnya sendiri, konselor tetap harus membangun hubungan antar pribadi agar konseli mau membuka dirinya mau mengungkapkan beban-beban pikiran dan perasaannya
b. Penjelasan Masalah
Konseli mengemukakan hal-hal yang membebani dirinya mungkin berupa perasaan atau pikiran. Pada umumnya konseli mengatakan bahwa dia memiliki masalah. Namun, bagi konselor apa yang diungkapkan oleh konseli sebagai masalah belum lah dapat dipandang sebagai inti masalah melainkan baru lah sebagai suatu gejala masalah. Dengan menggunakan teknik verbal seperti seperti penerimaan, refleksi pikiran, refleksi perasaan, klarifikasi pikiran, klarifikasi perasaan, konselor membantu konseli untuk lebih menyadari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang sedang menjadi beban hidupnya.
c. Penggalian latar belakang masalah ( analisis masalah atau analisis kasus)
Oleh karena konseli pada fase penjelasan masalah belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka penggalian data perlu menggunakan sistematika tertentu. Sistematika ini berkaitan dengan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif dan behavioristik.
d. Penyelesaian masalah

Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase penggalian data, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapar diatasi. Konselor menerapkan sistematika penyelesaian masalah yang khas bagi masing-masing pendekatan konseling. Dengan kata lain bila konselor menggunakan pendekatan; Rational Emotive Therapy (berorientasi kognitif) atau Trait-Factor Counseling (berorientasi kognitif) atau konseling behavioristik (berorientasi behavioristik) pada fase analisis kasus, maka dia harus menerapkan langkah-langkah yang diakui oleh pendekatan itu dalam meemukan penyelesaian masalah
e. Penutup
Bila mana konseli telah mantap dengan keputusannya, maka proses konseling dapat diakhiri. Namun pada prinsipnya di setiap akhir pertemuan konseling, konselor melakukan fase penutup. Ada dua macam bentuk fase penutup. yaitu 1) Bila proses konseling telah selesai, ditandai dengan pembuatan keputusan oleh konseli, konselor atau konseli sendiri dapat membuat ringkasan tentang jalannya proses konseling dan menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. Kemudian, konselor memberi semangat pada konseli agar bertekad melaksanakan keputusannya (bombongan). Konselor menawarkan bantuan kepada konseli bila dikemudian hari konseli memerlukan bantuannya. Akhirnya, konselor berpisah dengan konseli, 2) Bila proses konseling belum selesai, mungkin satu pertemuan bahkan beberapa pertemuan, konselor memberikan ringkasan tentang apa yang telah dibicarakan samapai sekarang. Kemudian, ditetapkan apa yang harus dilaukan oleh konseli selama jangka waktu sebelum konseli bertemua kembali dengan konselor, artinya ditentukan
Garry Collins, menegaskan bahwa walaupun konselor menerapkan teknik yang setinggi apa pun dalam menolong konseli, tetapi apabila hal itu tidak dilandasi dengan "hati yang rela menolong", maka upaya itu tidak akan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa sikap yang perlu dibangun dalam menghadapi dan memberikan pertolongan kepada konseli yang beragam usia dan memiliki kondisi masalah yang majemuk.
1.    Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap kasih yang hangat disertai perasaan "menerima dengan penuh perhatian" (concern). Sikap ini akan membuat konseli merasa betah -- dan dapat mempercayai serta bersikap terbuka.
2.    Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap yang tulus disertai perasaan yang murni dan sikap terbuka. Konselor perlu menghindari sikap cepat menghakimi dan tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal yang tiba-tiba terjadi dan membagi perhatian sementara bimbingan konseling berlangsung.
3.    Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap empatik. Konselor harus mengembangkan sikap sensitif, mudah mengerti dan menghadapi konseli dengan raut yang siap untuk memahami konseli. Seorang konselor Kristen perlu melayani dengan kasih, sekalipun ia juga memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang teknik membimbing untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
4.    Konselor dan konseli perlu menjadikan satu dengan yang lainnya sebagai sahabat, dimana konseli dapat terbuka untuk menyatakan permasalahannya. Alasan terpenting untuk sikap ini adalah:
    1. Konseli akan terbuka kepada orang yang disukainya.
    2. Konseli akan terbuka kepada konselor apabila ia memperoleh perhatian yang hangat.
    3. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor memiliki kompetensi untuk memberi pertolongan kepadanya.
    4. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor adalah memiliki etika moral yang tinggi di mana ia dapat dipercaya untuk menyimpan masalah orang lain (Amsal 25:19).
    5. Konseli akan terbuka karena ia yakin bahwa konselor adalah seorang yang mengenal dan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, dimana ia pun yakin bahwa ia akan menerima pertolongan Tuhan melalui konselor tersebut.
B. Tujuan
Secara umum, tujuan diadakan konferensi kasus yaitu untuk mengusahakan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami siswa (konseli) dan secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk:
  1. mendapatkan konsistensi, kalau guru atau konselor ternyata menemukan berbagai data/informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang serasi satu sama lain (cross check data)
  2. mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut diri siswa (konseli) guna memudahkan pengambilan keputusan
  3. mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya.
C. Prosedur
Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah, guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli), seperti: psikolog, dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait.
  2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan konseling, khususnya asas kerahasiaan.
  3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanya terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli), misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa (konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upaya pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
  4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain mendiskusikan dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa (konseli)
  5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).
C. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan konferensi kasus, antara lain:
  1. Diusahakan sedapat mungkin kegiatan konferensi kasus yang hendak dilaksanakan mendapat persetujuan dari kasus atau siswa (konseli) yang bersangkutan
  2. Siswa (konseli) yang bersangkutan boleh dihadirkan kalau dipandang perlu, boleh juga tidak, bergantung pada permasalahan dan kondisinya.
  3. Diusahakan sedapat mungkin pada saat mendeskripsikan dan mendikusikan masalah siswa (konseli) tidak menyebut nama siswa (konseli) yang bersangkutan, tetapi dengan menggunakan kode yang dipahami bersama.
  4. Dalam kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli) harus diletakkan di atas segala kepentingan lainnya.
  5. Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas dan peran serta batas-batas kewenangan profesionalnya.
  6. Keputusan yang diambil dalam konferensi kasus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional, dengan tetap tidak melupakan aspek-aspek emosional, terutama hal-hal yang berkenaan dengan orang tua siswa (konseli) yang bersangkutan
  7. Setiap proses dan hasil konferensi kasus dicatat dan diadminsitrasikan secara tertib.
 Tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha.jadilah seorang konselor yang baik. Jangan setengah – setengah dalam hal apapun. karena Allah beserta prasangka hamba-Nya. Masih ada banyak waktu untuk berfikir dan belajar. Jadikan pengabdian kita nanti untuk sedikit menjadi amalan kita ,sedikit memberi sumbangsih kepada negara kita.  Karena hancur dan majunya suatu bangsa karena pemudanya.





Untukmu..
Senyuman hangat menyayat sukma
Hanya denting kiasan
Hanya luapan kasih sayang
Terasa laksana embun
Mengkristal
Sejuk..Nyaman
Dan menentramkan
Menyentuh tiap bait-bait
Langkah kecilku
Tertatih
Mencoba berlari
Ia membantuku
Merangkul
Dan memberiku sandaran
Tatkala aku rapuh tak berdaya

Cinta Itu,,,
Hujan..
Sampaikanlah rasa ini
Agar ia tau…
Hadirnya membuat hidupku berwarna
Bukan karena hadiah
Namun ketulusannya
Melelehkan batu keangkuhanku
menyibak
Jendela keterbatasanku
Hingga aku tu..
Bagaimana seharusnya
Menempatkan diri
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Asyknya Dunia Bk"

Post a Comment

Copyright 2009 Pelangi Rizqi
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates