Asyknya Dunia Bk
Bismillahirrahmanirrahim-
Telah banyak
keluhan dan nada sinis yang terlontar dari mulut para siswa bahkan guru mata
pelajaran yang merasa gerah dengan keberadaan guru Bk. Image guru Bk “ killer ”
atau guru yang suka mondar-mandir. Telah membudaya. Kian hari menjadi permasalahan.
semakin bertambahnya hari. Maka makin banyak pula tantangan yang harus dihadapi
oleh seorang Konselor sejati. Seorang guru pembimbing yang harus dengan tegas
mengambil keputusan dan menempatkan dirinya dalam situasi dan kondisi apapun
secara tepat. Kejadian yang menimpa anak didik, dari mulai kasus absen, bolos,
berkelahi, beergaya yang aneh-aneh, hingga ada yang sudah menjajakan diri
kepada para Bapak yang seharusnya menyayangi mereka.
Ketahuilah
bahwa sebenarnya kita semua ikut andil didalamnya sebagai orangtua, tetangga,
teman bahkan sebagai guru..Jika ditelusuri lebih dalam, maka kita akan sampai
kepada kesimpulan bahwa hal itu terjadi karena mereka kurang mendapat perhatian
dari orangtua sebagai wadah pertama dan utama mendidik anak. Kesibukan orangtua
sering mengakibatkan mereka tidak punya tempat untuk berbagi kasih atau sekedar
berbagi cerita. Seringkali orangtua hanya menomorsatukan cari nafkah untuk
keluarga dan memperlakukan anaknya seperti benda yang bisa tumbuh dan berkembang
hanya dengan di beri makan. Padahal hewan sekalipun memerlukan perhatian dan
pemeliharanya. Maka sempatkanlah sesekali untuk bercengkrama denga mereka agar
mereka merasa punya orangtua yang menyayangi mereka. Dari sanalah kita kadang
bisa menyadari bahwa ada hal yang telah kita lupakan akan kebutuhannya. Sebagai
seorang guru, apalagi guru BK, hendaknya ikut membantu dan bukannya malah
menambah masalah.Jangan sesekali menyalahkan mereka, tapi dengarkan dan berilah
empati.Sungguh kita sudah menyimpang dari profesi jika kita pernah mengatakan
" itu kan salahmu sendiri ", atau "sebagai anak, kamu harus
berbakti" atau "ternyata kamu nakal", atau "baru kali ini
aku jumpa dengan anak yang bandel seperti kamu" dll, yang menyebabkan anak
akan semakin merana dan tersudut. Jika hal ini terjadi, maka jangan harap
pekerjaan anda sebagai BK akan sukses, karena mereka takkan lagi mau bicara
dengan anda. Jadi ajak mereka diskusi, cari kelebihannya dan binalah
kelebihannya itu.Yakinlah bahwa pada dasarnya anak mempunyai kelebihan
masing-masing, dan inilah yang perlu mendapatkan perhatian bagaimana agar bisa
dikembangkan. Bukan guru BK disebut berhasil jika hanya bisa buat surat perjanjian, dan
hanya menangani anak yang baik-baik saja. Memang tugas ini berat, tetapi akan ringan
jika kita ikhlas melaksanakannya dan jadikan itu sebagai panggilan tugas, bukan
merupakan beban
.Dalam kumpulan kreasi ini,
saya mencoba membahas bagaimana guru Bk sesungguhnya . Semoga goresan tinta ini
dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sedkit pencerahan bagi siapapun yang
membacanya. Semoga amal kecil ini dapat memberi secerah harapan keihlasan agar
tetap berkarya di dalam ridha-Nya…
Kiki Rizqi Nadratushalihah
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau
manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut
merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu
dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan
konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan
lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan,
membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah
kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya
dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam
konteks memandirikan
peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan Pendidikan Profesional
Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal, 2007).
Merujuk pada UU
No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru
pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam
sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik,
sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Pengakuan
secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan yang
lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk
konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan
spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan.
Dasar
pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum, undang-undang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya secara
optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).
Dalam konteks tersebut, hasil studi
lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta didik di
Sekolah/Madrasah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam
memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, serta perbaikan tata kerja baik
dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling
diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan diri, pengenalan lingkungan
dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap perkembangan
peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi untuk
seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada
peserta didik tertentu atau yang perlu ‘dipanggil’ saja”,
melainkan untuk seluruh peserta didik.
Inilah salah
satu kisah nyata dari beribu bahkan berjuta kasus yang menimpa para siswa.
Semoga dapat kita ambil darinya pelajaran yang berharga untuk membekali kita
dan memberi gambaran bagaimana dunia Bimbingan dan Konseling sesungguhnya.
Suatu pagi yang
indah, kicauan burung bernyanyi riang mengantar pagi yang disinari mentari. udara
bersih masih menggantung disetiap sudut-sudut sekolah salah satu SMP termashur
di salahsatu pelosok negeri. Terlihat seorang guru tengah menikmati indahnya
pagi dengan menghirup dalam – dalam udara pagi yang bersih, dengan tak
henti-hentinya hatinya bertasbih seiring detak jantung yang mengisyaratkan
kehidupannya. Tiba-tiba terlihat seorang wanita paruh baya yang setengah
berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Assalamualaikum… wanita itu mengucapkan
salam dengan menyipitan mata karena mentari pagi mulai meninggi.
Waalaikum salam.. guru itu
menjawabnya dengan lembut. “maaf ada yang bisa saya Bantu”? guru itu menyiratkan
pandangan yang menentramkan hati wanita itu yang terlihat begitu khawatir. ia
berkata sambil menyilahkannya duduk.
“Saya hanya ingin agar ibu
menanyakan kepada anak saya, dari mana saja ia selama dua hari kemarin. Karena
ia tak mau bicara. ia terlihat sendu,
Memangnya, anak ibu kenapa?
Anak saya bolos dua hari .saya
tidak tau dia kemana saja selama dua hari itu. Padahal ayahnya sudah berusaha
membujuknya bahkan menjepit kuku tangan anaknya dengan tang saking kesalnya.
Guru itu mendengarkan
dengan cermat seoleh tak mau sedikitpun kata-kata yang keluar dari mulut wanita
itu tercecer dengan percuma.
“Sebelumnya saya minta maaf
atas kelalaian saya sehingga saya tidak mengetahui jika anak ibu bolos. Saya
akan menanyakannya pada wali kelasnya.
Ternyata memang benar, Refa
sudah bolos dua hari tanpa sepengatahuan orang lain. Termasuk wali kelasnya.
“disini, hanya ada ibu, dan
kamu. Ini adalah pembicaraan rahasia kita berdua.tak akan nada orang lain yang
berhak mengetahuinya. Kecuali atas izin dari kamu.
Ia terlihat menunduk. Tak
terlihat sedikitpu gelagat aneh yang muncul.
Pakaiannya terlihat rapih
dan sopan. Sikapnya pun sangat sopan. Aku memperhatikannya dengan seksama. Ia
menunduk dalam. Jangan takut, ceritakanlah pada ibu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang kamu lakukan selama dua hari
kemarin sampai membuat kedua orang tuamu khawatir.
Ia terlihat mengambil nafas
sejenak. Ia kembali menatap mataku dengan nanar. Sebenarnya, kemarin…kemarin…
saya memang bolos…
lalu..?aku melihatnya
dengan lembut…
hanya main-main saja…
main?aku berkata sambil
mengerutkan dahi.main dengan siapa?..
dengan teman-teman..tapi
beda sekolah…
hanya main?..
sebenarnya nongkrong..
aku mulai curiga.
Hanya sekedar nongkrong..aku
berusaha membuatnya tetap merasa tenang…
Sebenarnya..hikz.ia mulai
menangis…saya ikut geng bu… didalam geng itu saya dan keenam teman saya pesta
minuman keras dan merokok.
aku berusaha tetap tenang..
apakah kamu juga melakukan
hal yang sama seperti apa yang mereka lakukan saat itu?
sebenarnya…saya tidak mau
melakukannya. Tapi karena mereka mendesak saya, ahirnya saya mencobanya…
aku menarik nafas berat.
Ceritanya mengalir bak air bah yang tak terbendung. Ketua genk saya telah mengkonsumsi ganja. Hingga
saya dan teman-teman hampir terbawa olehnya..namun, hati saya tergerak untuk
tidak melakukannya. Kami biasa berkumpul disebuah gudang bekas pembuatan tempe . Biasanya mereka
selalu menunggu saya sebelum atau setelah masuk sekolah. Gank kami terdiri dari
6 orang dua diantaranya adalah pria. Aku langsung mengerutkan dahi. Lalu,
apakah kalian…
tidak bu.. ia memandangku
lembut. Seolah mengerti kekhawatiranku.
Walaupun kami semua nakal.
Namun kami memiliki prinsip untuk tidak pacaran. Yang saya takutkan adalah
ketika kalian sedang mabuk. Kalian akan melakukan hal yang…
alhamdulillah, sampai saat
ini kami tak melakukan semua itu.
Aku menarik nafas lega, aku
sedikit tak percaya. Namun aku melihat sorot matanya menyatakan bahwa apa yang
ia katakan adalah benar.
Bolehkah ibu memberitahukan
semua ini pada orang tuamu?..
Ia terkejut dengan
perkataanku.. saya mohon bu..jangan katakan semua ini pada siapapun, apalagi
kedua orang tua saya…mereka akan sangat marah..bu, kemarin saja ketika saya tak
memberitahukan kemana saya pergi ayah saya menjepit saya dengan tang. Tapi saya
tak tega melihat orang tua saya sedih, apalagi ibu saya… beliau akan menangis
bila mendengar ini.. ia mengangis tersedu…
Aku menarik nafas perlahan…
Ibu janji, orang tuamu
takkan marah…aku berusaha meyakinkannya walaupun ini sulit.
Ia masih terlihat ragu..
aku menatapnya lekat.. sambil tersenum, ..ibu janji.. akhirnya ia mengangguk
pasrah…
Hari itu juga aku menemui
orang tuanya…
Ketika aku ceritakan apa
yang sebenarnya terjadi, memang benar, mereka sangat perpukul dengan kenyataan
ini.
“ Bu, pak, saya mohon,
ketika anak ibu datAng, jangan sampai dimarahi, apalagi dipukul..karena jika
dikerasi, saya khawatir refa akan lebih brutal…
Ibunya menagis pilu, ia tak
menyangka anaknya dapat melakukan semua itu..ayahnya terlihat berusaha menahan
amarah.
Hening…
Anak itu masih kecil, masih
kelas satu Smp, .hikz.. tapi kenapa ia telah melangkah jauh sekali bu..ibunya
menangis …padahal waktu SD ia sangat penurut dan pendiam. Dan sampai
sekarangpun sikapnya tak menunjukkan tingkah laku yang aneh.
Ini memang kesalahan
saya,..ayahnya mulai berbicara. Jika dulu saya tidak melakukan perbuatan
terkutuk itu, refa tak akan melakukan itu..ia membuang muka sambil menhan
tangis,…
bu.. saya telah berusaha
membiayai anak saya untuk sekolah agar ia pintar tak seperti saya, selama ini saya hanya
menjual bensin. Karena yang saya mampu hanya itu. Saya telah berusaha agar anak
saya tak seperti saya.. saya sangat
berharap…anak saya bisa sukses.suaranya sedikit parau
Saya turut prihatin dengan
musibah ini, kita jadikan pelajaran agar kita sama-sama saling
mengingatkan…mulai sekarang, terima apa yang telah terjadi, jangan terus menerus
menyalahkan diri sendiri. Saya telah berbicara dengan kepala sekolah, dan saya
meminta waktu tiga bulan untuk lebih memfokuskan terhadap anak bapak. Saya
minta kerja samanya agar anak bapak bisa terlepas dari semua ini. Saya minta,
ketika pergi atau pulang dari sekolah, bapak atau ibu dampingi refa. Karena disaat
itulah teman-temannya datang. Jadi jangan sampai kita kecolongan lagi. Jangan
terlalu keras dan terlalu memprotektif karena hal itu akan membuat refa merasa
tertekan..
Baiklah, terimakasih bu..
Sama-sama bapak. Semoga apa
yang sama-sama kita harapkan menjadi kenyataan.
Itulah salah
satu contoh langkah konkret seorang konslor yang langsung mengambil keputusan
dengan tepat tanpa merugikan pihak siapapun. Melangkah sesuai dengan ketentuan
sebgaimana tugasnya dan bertutur layaknya seorang ibu yang tengah melindungi
anaknya.
Memang tak semua orang
memilki kemampuan dan sifat yang sama. Namun
cerita nyata ini menjadi gambaran bahwa masalah yang melanda setiap
siswa ini tidak main-main. Telah banyak korban berguguran. Telah banyak juga
siswa yang telah berhasil mencapai perkembangan yang optimal sehingga ia telah
memenuhi perkembangannya pada saat yang tepat. Ini bukanlah masalah kecil ini
adalah masalah kit bersama.
Dalam
proses konseling kadang-kadang teman-teman guru pembimbing banyak melupakan
beberapa fase yang dalam kontek konsep teori mengingat dalam prakteknya banyak
perubahan-perubahan dalam alam perasaan, pikiran dan perilaku terjadi dalam
fase-fase dalam proses konseling dimana ada 5 fase konseling yang perlu
dipahami teman-teman guru pembimbing
a. Pembukaan
Pada fase ini konselor membangun
hubungan antar pribadi yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam
wawancara konseling. Meskipun konselii datang menghadap konselor atas
inisiatifnya sendiri, konselor tetap harus membangun hubungan antar pribadi
agar konseli mau membuka dirinya mau mengungkapkan beban-beban pikiran dan
perasaannya
b. Penjelasan
Masalah
Konseli mengemukakan hal-hal yang
membebani dirinya mungkin berupa perasaan atau pikiran. Pada umumnya konseli
mengatakan bahwa dia memiliki masalah. Namun, bagi konselor apa yang
diungkapkan oleh konseli sebagai masalah belum lah dapat dipandang sebagai inti
masalah melainkan baru lah sebagai suatu gejala masalah. Dengan menggunakan
teknik verbal seperti seperti penerimaan, refleksi pikiran, refleksi perasaan,
klarifikasi pikiran, klarifikasi perasaan, konselor membantu konseli untuk
lebih menyadari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang sedang menjadi beban
hidupnya.
c. Penggalian
latar belakang masalah ( analisis masalah atau analisis kasus)
Oleh karena konseli pada fase penjelasan masalah belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka penggalian data perlu menggunakan sistematika tertentu. Sistematika ini berkaitan dengan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif dan behavioristik.
Oleh karena konseli pada fase penjelasan masalah belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalahnya, maka diperlukan penjelasan lebih mendalam dan mendetail. Untuk mendapatkan data konseli secara mendalam dan mendetail, maka penggalian data perlu menggunakan sistematika tertentu. Sistematika ini berkaitan dengan pendekatan konseling yang lebih berorientasi pada kognitif, afektif dan behavioristik.
d. Penyelesaian
masalah
Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase penggalian data, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapar diatasi. Konselor menerapkan sistematika penyelesaian masalah yang khas bagi masing-masing pendekatan konseling. Dengan kata lain bila konselor menggunakan pendekatan; Rational Emotive Therapy (berorientasi kognitif) atau Trait-Factor Counseling (berorientasi kognitif) atau konseling behavioristik (berorientasi behavioristik) pada fase analisis kasus, maka dia harus menerapkan langkah-langkah yang diakui oleh pendekatan itu dalam meemukan penyelesaian masalah
e. Penutup
Bila mana konseli telah mantap
dengan keputusannya, maka proses konseling dapat diakhiri. Namun pada
prinsipnya di setiap akhir pertemuan konseling, konselor melakukan fase
penutup. Ada dua macam bentuk fase penutup. yaitu 1) Bila proses konseling
telah selesai, ditandai dengan pembuatan keputusan oleh konseli, konselor atau
konseli sendiri dapat membuat ringkasan tentang jalannya proses konseling dan
menegaskan kembali keputusan yang telah diambil. Kemudian, konselor memberi
semangat pada konseli agar bertekad melaksanakan keputusannya (bombongan).
Konselor menawarkan bantuan kepada konseli bila dikemudian hari konseli
memerlukan bantuannya. Akhirnya, konselor berpisah dengan konseli, 2) Bila
proses konseling belum selesai, mungkin satu pertemuan bahkan beberapa
pertemuan, konselor memberikan ringkasan tentang apa yang telah dibicarakan
samapai sekarang. Kemudian, ditetapkan apa yang harus dilaukan oleh konseli
selama jangka waktu sebelum konseli bertemua kembali dengan konselor, artinya
ditentukan
Garry
Collins, menegaskan bahwa walaupun konselor menerapkan teknik yang setinggi apa
pun dalam menolong konseli, tetapi apabila hal itu tidak dilandasi dengan
"hati yang rela menolong", maka upaya itu tidak akan efektif. Oleh
karena itu, ada beberapa sikap yang perlu dibangun dalam menghadapi dan
memberikan pertolongan kepada konseli yang beragam usia dan memiliki kondisi
masalah yang majemuk.
1.
Konselor perlu menghadapi
konseli dengan sikap kasih yang hangat disertai perasaan "menerima dengan
penuh perhatian" (concern). Sikap ini akan membuat konseli merasa betah --
dan dapat mempercayai serta bersikap terbuka.
2.
Konselor perlu menghadapi konseli
dengan sikap yang tulus disertai perasaan yang murni dan sikap terbuka.
Konselor perlu menghindari sikap cepat menghakimi dan tidak membiarkan dirinya
dipengaruhi oleh hal-hal yang tiba-tiba terjadi dan membagi perhatian sementara
bimbingan konseling berlangsung.
3.
Konselor perlu
menghadapi konseli dengan sikap empatik. Konselor harus mengembangkan sikap
sensitif, mudah mengerti dan menghadapi konseli dengan raut yang siap untuk
memahami konseli. Seorang konselor Kristen perlu melayani dengan kasih,
sekalipun ia juga memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang teknik
membimbing untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
4.
Konselor dan
konseli perlu menjadikan satu dengan yang lainnya sebagai sahabat, dimana
konseli dapat terbuka untuk menyatakan permasalahannya. Alasan terpenting untuk
sikap ini adalah:
- Konseli akan terbuka kepada orang yang disukainya.
- Konseli akan terbuka kepada konselor apabila ia
memperoleh perhatian yang hangat.
- Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor
memiliki kompetensi untuk memberi pertolongan kepadanya.
- Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor
adalah memiliki etika moral yang tinggi di mana ia dapat dipercaya untuk
menyimpan masalah orang lain (Amsal 25:19).
- Konseli akan terbuka karena ia yakin bahwa konselor
adalah seorang yang mengenal dan memiliki hubungan yang baik dengan
Tuhan, dimana ia pun yakin bahwa ia akan menerima pertolongan Tuhan
melalui konselor tersebut.
B. Tujuan
Secara umum, tujuan diadakan konferensi kasus yaitu untuk
mengusahakan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami siswa
(konseli) dan secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk:
- mendapatkan konsistensi, kalau guru atau konselor
ternyata menemukan berbagai data/informasi yang dipandang saling
bertentangan atau kurang serasi satu sama lain (cross check data)
- mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi
dalam menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut
diri siswa (konseli) guna memudahkan pengambilan keputusan
- mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari
komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya.
C. Prosedur
Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
- Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor
mengundang para peserta konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali
kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang diundang adalah orang-orang
yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan
mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil
kepala sekolah, guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah
siswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan ahli dari
luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli), seperti:
psikolog, dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait.
- Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala
sekolah atau konselor membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud
dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para
peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (konseli),
serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan
konseling, khususnya asas kerahasiaan.
- Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah
siswa (konseli), seyogyanya terlebih dahulu
disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli), misalkan tentang potensi,
sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga para
peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa (konseli) yang
bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan berbagai gejala dan permasalahan
siswa (konseli) dan data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang
sudah terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upaya pengentasan
yang telah dilakukan sebelumnya.
- Setelah pemaparan masalah siswa (konseli),
selanjutnya para peserta lain mendiskusikan dan dimintai tanggapan,
masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas dan peran
masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi
siswa (konseli)
- Setelah
berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi
menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif
untuk dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli)
yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya
dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).
C. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyelenggarakan konferensi kasus, antara lain:
- Diusahakan sedapat mungkin kegiatan konferensi kasus
yang hendak dilaksanakan mendapat persetujuan dari kasus
atau siswa (konseli) yang bersangkutan
- Siswa (konseli) yang bersangkutan boleh dihadirkan
kalau dipandang perlu, boleh juga tidak, bergantung pada permasalahan dan
kondisinya.
- Diusahakan sedapat mungkin pada saat mendeskripsikan
dan mendikusikan masalah siswa (konseli) tidak menyebut nama siswa
(konseli) yang bersangkutan, tetapi dengan menggunakan kode yang dipahami
bersama.
- Dalam
kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli) harus
diletakkan di atas segala kepentingan lainnya.
- Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas dan
peran serta batas-batas kewenangan profesionalnya.
- Keputusan yang diambil dalam konferensi kasus
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional, dengan tetap tidak
melupakan aspek-aspek emosional, terutama hal-hal yang berkenaan dengan
orang tua siswa (konseli) yang bersangkutan
- Setiap
proses dan hasil konferensi kasus dicatat dan diadminsitrasikan secara
tertib.
Tak ada yang tak mungkin jika kita
berusaha.jadilah seorang konselor yang baik. Jangan setengah – setengah dalam
hal apapun. karena Allah beserta prasangka hamba-Nya. Masih ada banyak waktu
untuk berfikir dan belajar. Jadikan pengabdian kita nanti untuk sedikit menjadi
amalan kita ,sedikit memberi sumbangsih kepada negara kita. Karena hancur dan majunya suatu bangsa karena
pemudanya.
Untukmu..
Senyuman hangat menyayat sukma
Hanya denting kiasan
Hanya luapan kasih sayang
Terasa laksana embun
Mengkristal
Sejuk..Nyaman
Dan menentramkan
Menyentuh tiap bait-bait
Langkah kecilku
Tertatih
Mencoba berlari
Ia membantuku
Merangkul
Dan memberiku sandaran
Tatkala aku rapuh tak berdaya
Cinta Itu,,,
Hujan..
Sampaikanlah rasa ini
Agar ia tau…
Hadirnya membuat hidupku berwarna
Bukan karena hadiah
Namun ketulusannya
Melelehkan batu keangkuhanku
menyibak
Jendela keterbatasanku
Hingga aku tu..
Bagaimana seharusnya
Menempatkan diri
0 Response to "Asyknya Dunia Bk"
Post a Comment