Letters to Karel #1


27 Oktober 2013 pukul 20:44
Dear Karel,   

Life is not always easy, Baby. Abi harap kamu mengerti sedini mungkin tentang ini. Bahwa hidup tidak semudah ketika kamu menangis karena lapar atau popok yang sudah basah, lalu dengan segera kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan karena tangisanmu itu. Terkadang, hidup itu keras, Karel. Sebagaimana kamu memulai kehidupan dengan kondisi yang berbeda dari sebagian besar bayi pada umumnya.

Seseorang sudah menukar kehidupannya untuk kamu, Sayang. Seseorang yang sudah selayaknya menjadi orang yang paling berbahagia atas adanya kamu. Seseorang yang akan selamanya bahagia di alam sana setelah melepas hidupnya demi melahirkan kamu. Seseorang yang sekarang, dan sampai kapanpun tidak sedikitpun menyisakan kelayakan untuk dikecewakan.

Banyak orang yang berbaik hati dan menyayangi kamu karena kebaikan umi kamu, Sayang. Karena kasihan, bayi sekecil kamu sudah tak punya ibu lagi. Abi ingin bilang, tak boleh seterusnya seperti itu, Sholeh. Tak boleh ada keluarga kita yang hidup dengan berharap belas kasihan orang lain, tak boleh ada keluarga kita yang sembunyi dibalik kebesaran orang lain, bahkan jika orang itu adalah keluarga kita sendiri.

Seseorang harus menyayangi kita karena kita memang layak untuk disayangi, Karel. Atas perbuatan kita, atas kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, atas karya-karya yang kita ciptakan. Bukan karena kita anak siapa atau darimana asalnya. Bukan karena keterbatasan atau ketidakmampuan kita. Seperti umimu dulu, yang pernah abi marahin karena jatuh sakit akibat meminum susu kedelai kurang steril yang dijajakan oleh penjual kelililng, dan dengan polosnya dia bilang kasihan kalau tidak dibeli dan tidak diminum. Atau ketika tiba-tiba sepulang kantor, umimu memborong banyak sekali pisang, hanya karena kasihan terhadap penjualnya yang sedari pagi tidak ada yang membeli dagangannya. Dan ketika ditanya untuk apa pisang sebanyak itu, dengan santainya dia bilang untuk dibagi-bagikan kepada tetangga. Atau di suatu sore yang melelahkan, ketika dengan sangat khawatir umi-mu bercerita tentang teman-temannya yang belum mendapatkan pekerjaan yang jelas, dan meminta bantuan abi untuk sama-sama mencarikan informasi dan pekerjaan yang sekiranya cocok untuk mereka. Dan semoga kelak kamu bisa mewarisi segala kebaikannya.

Kamu tahu, Karel? Tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan orang yang paling kita cintai. Tapi kalau kita berusaha untuk menerima, semenyakitkan appaun proses penerimaan tersebut, percayalah, rasa cinta yang lebih besar perlahan akan datang dalam kehidupan kita, entah dari siapa dan bagaimana caranya. Tak ada yang lebih menakutkan selain hidup tanpa orang yang paling kita cintai. Tapi kalau kita bisa melewatinya dengan baik, percayalah, ketakutan hanya akan menjelma kerikil kecil yang berserakan di jalan, yang bisa kamu injak atau kamu tendang sesuka hati kamu.

Banyak orang yang dalam hdiupnya sering bingung harus bagaimana dan seperti apa. Jika suatu hari kamu merasakannya, yang perlu kamu lakukan hanyalah berusaha untuk mewujudkan impian orang yang kamu cintai atau orang yang mencintai kamu. Itu sudah sangat lebih baik daripada kamu menghabiskan waktu untuk berbingung ria atau bersia-sia. Nanti di lain kesempatan, akan abi ceritakan mimpi umi tentang kamu. 


bersambung…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Letters to Karel #1"

Post a Comment

Copyright 2009 Pelangi Rizqi
Free WordPress Themes designed by EZwpthemes
Converted by Theme Craft
Powered by Blogger Templates