My Dearest Hunny
Saya sering menyebutnya nanil,
yang, dan nayang, sebutan sayang untuk adik keduaku.Fani Fauziah.
Diantara kami berlima dia memang
terlihat paling cantik. Paling sering tersenyum dan ramah. Juga pada lawan
jenis. Berbeda dengan kami yang sering jutek dan galak.
Dia adalah bidadari kecil yang
sebetulnya sangat perhatian. Meski seringkali sensitif saat ditegur, ngambek
dan gampang ngunci kamar kalau sedang jutek. Namun selebihnya dia adalah adik
yang sangat cantik, pintar, perhatian, dan tentunya shalihah inshaa Allah. Dia paling
pintar eksak dibanding kami berlima.
Dan
tebak siapa yang ingat ketika kami bertujuh ulangtahun. Pasti dengan segera ia
menelfon atau meng esemes apa yang akam kami berikan dan tak jarang bahkan uang
tabungannya ia belikan kue tart besar yang ia beli dari ibu temannya.dan
seringkali sesuai dengan warna bahkan rasa kesukaan kami.
Dulu, bahkan pun sampai sekarang kami
tetaplah dekat. Namun tetap saja sedekat-dekatnya saya takkan dapat menjangkau
hatinya paling dalam. Meskipun saya sering menjadi tempat curhat, meskipun saya
selalu menjadi tempat pelindung saat ummi dan bapak menegurnya karna sering
pulang sore dan menginap karna organisasi disekolah ataupun bimbel. Semacam
ketidakpercayaan ummi dan bapak pada nayangku satu ini. Meskipun begitu, ummi
dan bapak bukanlah marah. Aku tau. Mereka hanya bertanya dan menegaskan bahwa
sebenarnya mereka sangat menyayanginya.
Ummi seringkali meminta saya untuk
mengingatkan nanil untuk tetap liqa dan mengurangi aktivitas organisasinya.
“bukan apa-apa ummi mah, pulang sore,
magrib uda tidur karna cape. Jarang ngobrol dengan adik-adik dan belajarpun
sulit karna nanti terbangun sangat larut.ummi pengen ani uda ada d rumah duhur.
Makan bareng. Kumpul-kumpul fokus belajar buat UAN” sergahnya. Aku hanya
mendengarkan dengan khidmat apa yang ummi bicarakan diujung telfon sana.
Disisi lain sangat sayang dan sangat
mengerti bagaimana organisasi yang memang sering menyita waktu. Disisi lain,
kehawatiran ummi dan bapak memang benar.
Dan tahun ini kau akan menginjak bangku
universitas nay...
Teteh yakin insyaAllah Allah akan
memberikan karunia terbaik untukmu...
Seringkali kau menangis mengadu setelah
ummi dan bapak “memaksa” untuk masuk pada jurusan yang tidak kau inginkan
seiring kau menyampaikan apa yang kau harapkan.
“ummi dan bapak pengen ani ke kebidanan
teh.ani pengen jurusan bahasa mandarin.”ujarnya dengan terbata.
Saya menarik nafas panjang. Ingin tertawa
kesal dan sayang dicampur bersamaan.
Maka dengan serta merta sayapun
menjelaskan apa yang ani inginkan, harapan bapak dan ummi juga karir kedepannya.
Hingga timbullah kesefahaman. Kamu seringkali terlalu cepat marah nay. Teteh
yakin itu semua karna rasa peka yang kamu miliki belum kamu asah dengan baik.
Jauh dilubuk hati teteh...
Ingin sekali ani dapat jrusan Pendidikan
khusus di UPI...teteh jebloskan kamu pada pesantren tahfidz Dt....
Apapun insyaAllah yang terbaik. Bapak
dan ummi sudah mengultimatum untuk memberikan “perhatiannya” pada kuliahmu
kelak. Hal itu memang sangat wajar. Teteh sudah selesai. Dan teteh juga harus
tau bahwa apapun keputusanNya nanti insyaAllah yang terbaik.
Terdengat suara lembut dari bapak tadi
malam sesaat sebelum bapak makan.
“setelah ini mau apa?”
“apapun persiapkan dengan matang. Bapak
sekarang terfokus pada devivi dan ani ujarnya.
Saya tak pernah menyinggung masalah
pernikahan pada bapak.pun pada ummi. Entahlah semacam malu yang tak bisa saya
bendung bahkan hanya sekedar untuk memulainya.
Yah saya tau. Saya sadar bahwa dapat
ataupun tidak dapat beasiswa nanti. insyaAllah itulah yang terbaik.
Apapun jika memang itu yang terbaik
untukmu nay insyaAllah akan selalu teteh lakukan.:-)
Salam sayang selalu, kelak suatu hari
nanti ingin sekali melihatmu, juga devivi, ayu dan ifa mengenakan jubah kebanggaaan
bernama keridhaan Allah dan kita semua sama-sama memberikan mahkota cahaya pada
ummmi, juga bapak.:’)
Semoga Allah selalu menjagamu ya nay.Love
u more and more hunny,:D
Bandung, 8 Feb 2013
dengan kecintaan yang sangadh padamu hunny.:D
0 Response to "My Dearest Hunny"
Post a Comment