Ketulusan, asa dan harapan
Tadinya saya kira saya
membenci saat kelelahan pulang sekolah masih harus menghadapi anak anak yang
ada saja perlunya. Pulang sekolah masih dengan sayu atau tengah nyaman tidur
siang ada saja anak-anak yang mengetuk pntu memerlukan sesuatu. Oh iya, tidak
bisa tidur siang karna sekolah sampai pukul 15:00 langsung ashar berjamaah,
menemani anak mengabsen dan baru bisa istirahat sebentar ke kamar.atau sudah sangat
lelah tetap menunggu pukul 21:30 agar dapat menemani anak-anak istirahat dan
mengunci kamarnya. Atau tengah istirahat tiba-tiba orangtua yang dtang meskipun
sedang week end.
Akankah merindukan
semua ini?
Menyuapi anak yang
susah makan. Dengan serta merta rayuan maut dan janji manis agar mau makan
minimal tiga suap ya? Baru mau makan
Atau “halo bundaaaa”. aulia
melambaikan tangan dari lantai dua asrama saat saya melewati menuju kamar
pembina.
Atau “selamat bobo
bunda”. Saat menutup kamar mereka memastikan mereka sudah tidur atau belum.
Atau “bunda oooooy
bunda.” Logat upin ipin saat secara bersamaan anak anak saling berebut
perhatian.
Atau “Bunda cantik deh”
Atau “pipi aku tembem
kaya bunda”.
Atau “bunda ko hari ini
cantik baget”
“Lah kemarin kemarin ga
cantik dong?”
“Ya ga gtu juga kali
bun.” Haha
Atau “bun mau minta
uang. Uang aku abis.” Baruuu aja keluar kamar mandi pagi atau saat dikantor.
Atau “jadwal hari ini
apa ya bun?” ngumpul semua dikamar.pagi buta.
Atau “bun dia tu buang
sampah sembarangan denda ya bun.” Atau “bun dia makan sambil berdiri.” dll
Atau “Bunda, bunda uda
punya calon ya?”
“Iya.” Ujarku sambil
kembali menyuapi puput yang tengah sakit
“Tuh kan bener kata aku
juga.” Feby berujar bangga.
“Iya, tapi masih di
lauh mahfuz gatau siapa.”hha
“Ah bunda ga seru.ish..”
“Iya kan bner.”
“Yauda aku doan biar
bunda cepet nikah.”
“Aamiin.”
“Aamiin, berarti bunda
lebih cepat ninggalin daqu.”
“Ah ko gitu? Ya iya
atuh. Kan nanti ikut suami”
“Yauda suaminya aja ajak
kesini atau nikah sama yang ada disini aja. Biar selamanya disini. Nemenin aku
sampe selesai. Aku juga hiiih. Iya pokonya disini aja. Kita gamau bunda yang
lain.
Aku hanya tersenyum
Atau
“Itu pakai kerudungnya
yang benar. Jangan sampai kebuka. Pakai pin atau apa gitu biar rapih dan
cantik.”
“Ah gamau kaya ibu ibu.”
Lah terus bunda kaya
ibu-ibu dong?
Kan calon ibu. Nyengir
Aamiin
Aku doain smoga bunda
cepet nikah deh. Nutup selimut.ish
Suatu saat nanti aku
akan merindukannya. Sangat rindu.
Anak-anak yang hampir
semua orang menganggap mereka kurang bisa menjaga perkataan dan bersikap
seenaknya.
Ternyata sangat perasa
dan mau mendengarkan saat mengusap rambutnya sambil bercerita bagaimana orang
lain memiliki beban yang lebih dalam hidup. Tentang bagaimana seharusnya
bersikap. Dan esoknya. Kelas itu dengan sigap “ apa yang bisa aku bantu bunda? Aku
bawain ya kabelnya.dlll
Atau ada anak yang
sering mengeluarkan kata kata kotor dan karena saking miskin perhatian sangat
senang saat aku dengan cerewet mengingatkan makan dan minum obat. Bahkan serta
merta saling melapor saat kedua anak yang kembar itu atau teman yang ain
meminum soda atau minuman yang merusak lainnya.
“tuh bunda, niken minum
cola lagi” ih aku cuman nyobain bundaaa.
Tetap aja, ga boleh
Iya janji deh mau
belajar enam bulan sekali minumnya. Eh jangan dijadwalin dong.
Ups ya pokonya belajar
mengurangi ya bun? Iyaaaa.
Saat mereka memiliki
ego yang sangat besar namun ternyata memiliki perasaan yang sangat halus
Entah, aku sudah jatuh
cinta pada mereka.sangat cinta. Banyak buku yang menerangkan bagaimana remaja
dan kondisi emosi serta perkembangannya yang pesat. Telah khatam. Tetap saja
keadaan ini yang memberiku pelajaran bahwa kelak anakmu akan melalui fase yang
sama. Kelak anakmu juga memiliki beban dan masalah yang sama. Kamu, ya kamu. Sebagai
ibu harus memiliki kesabaran yang sangat luar biasa. Harus mendampingi jangan
sampai mereka mengetahui hal baru dalam hidupnya dari orang lain bukan dari
ibunya. Bertanya pada orang lain bukan padamu sebagai bundanya. Atau mempercayakan
pada orang lain megisi hati dan fikirannya bukan menempatkanmu pada hati dan
firikan anakmu.
Selalu dalam lirih
kulafalkan do’a agar kalian menjadi anak shalih shalihah yang dapat memberikan
mahkota cahaya di syurga kelak.
Asrama putri, 20
september 2014 23:01
kelak tulisan ini menjadi pertanda bahwa aku pernah belajar banyak dari sebuah miniatur kehidupan. darinya aku belajar kesabaran dan kesungguhan.
0 Response to "Ketulusan, asa dan harapan"
Post a Comment